PERAN KOMUNIKASI DALAM MANAJEMEN ORGANISASI
Pengertian Komunikasi
Istilah manajemen
komunikasi adalah relatif baru.
Komunikasi itu sendiri bukan merupakan
bagian penting dari perbendaharaan ka_ ta
manajemen sampai akhir tahun 1940-an dan permulaan 1950-an. Tetapi,
sejalan dengan organisasi menjadi semakin."sadar manusia" dalam pendekatan hubungan manusiawi (lihat bab 3)
dan sejalan dengan para ahli perilaku
mulai menerapkan penelitian-penelitian mereka pada organisasi, komunikasi menjadi bagian penting yang diperhatikan manajemen. Bagaimanapun juga, komunikasi
tetap merupakan peralatan (tool) manajemen yang dirancang untuk mencapai
tujuan dan tidak dinilai atas dasar
hasil akhir dalam komunikasi itu sendiri.
Komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi
dari seseorang ke orang lain. Perpindahan
pengertian tersebut melibatkan lebih dari
sekedar kata-kata yang digunakan
dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan
sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan
tidak hanya transmisi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan
berita dan menerimanya sangat tergantung pada ketrampilanketrampilan
tertentu (membaca, menulis, mendengar, berbicara dan lain-lain) untuk membuat sukses pertukaran
informasi.
Komunikasi, sebagai suatu
proses dengan mana orang-orang bermaksud memberikan
pengertian-pengertian melalui pengiringan berita secara simbolis, dapat menghubungkan para anggota berbag~ satuan organisasi yang berbeda dan bidang yang berbeda pula,
sehingga sering disebut rantai pertukaran informasi. Konsep ini
mempunyai unsur-unsur :
- Suatu kegiatan untuk membuat seseorang mengerti,
- Suatu sarana pengaliran informasi dan
- Suatu sistem bagi terjalinnya komunikasi di antara individu-individu.
Pandangan tradisional tentang komunikasi telah
banyak diubah oleh perkembangan teknologi, yaitu bahwa komunikasi tidak hanya terjadi antara dua atau lebih individu, tetapi mencakup juga
komunikasi antara orang-orang dan mesin-mesin, dan bahkan antara mesin dengan mesin
lain.
Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995)
mendefinisikan komunikasi sebagai the process by
which people attempt to share meaning via the transmission of symbolic messages. Komunikasi adalah
proses di mana seseorang berusaha untuk memberikan pengertian atau pesan kepada orang lain melalui pesan
simbolis. Komunikasi bisa dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung, dengan menggunakan berbagai media komunikasi yang
tersedia. Komunikasi langsung berarti komunikasi disampaikan tanpa penggunaan mediator atau perantara, sedangkan komunikasi tidak langsung berarti
sebaliknya.
Berdasarkan pengertian di
atas, maka komunikasi memiliki beberapa elemen penting,
yaitu:
- Komunikasi melibatkan orang-orang, sehingga komunikasi yang efektif terkait dengan bagaimana orang-orang dapat berinteraksi satu sama lain secara lebih efektif.
- Komunikasi berarti terjadinya berbagi informasi atau pemberian informasi maupun pengertian (sharing meaning), sehingga agar pemberian informasi maupun pengertian ini dapat terjadi, maka pihak-pihak yang berkomunikasi perlu menyadari dan mengerti berbagai istilah atau pengertian yang mereka gunakan dalam melakukan komunikasi. Jika tidak, maka kemungkinan terjadinya salah persepsi dalam komunikasi sangat tinggi.
- Komunikasi melibatkan simbol-simbol, yang berarti komunikasi dapat berupa bahasa tubuh, suara, huruf, angka, dan lain-lain sebagai bentuk simbolis dari komunikasi yang dilakukan.
Proses Terjadinya Komunikasi
Bagaimana
sesungguhnya komunikasi terjadi? Gambar berikut ini menjelaskan mengenai proses
komunikasi.
Suatu sistem komunikasi
organisasi mencerminkan berbagai macam individu dengan latar belakang,
pendidikan, kepercayaan, kebudayaan, keadaan jiwa, dan
kebutuhan yang berbeda-beda. Tetapi bila
individu-individu dalam organisasi berkomunikasi, apa yang diperbuat ? Berikut
ini akan dibahas model komunikasi
dasar agar dapat dipahami mengapa
komunikasi sering gagal dan kegiatan-kegiatan yang perlu diambil manajer untuk meningkatkan efektifitas komunikasi.
Model Komunikasi Antar Pribadi
Model proses komunikasi
yang paling sederhana adalah sebagai berikut :
Pengirim →→ Berita →→ Penerima
Model ini menunjukkan 3 (tiga) unsur esensi komunikasi. Bila
salah satu unsur hilang, komunikasi tidak dapat berlangsung.
Sebagai contoh, seseorang dapat mengirimkan berita, tetapi
bila tidak ada yang menerima atau mendengar, komunikasi tidak
terjadi.
Meskipun modelnya sederhana,
proses komunikasi adalah kompleks. Sebagai
satu gambaran kompleksnya proses komunikasi adalah "telephone",
di mana pengirim menyampaikan suatu berita, tetapi penerima mungkin
mendengar atau menerima berita bukan yang dimaksudkan pengirim.
Model proses komunikasi
yang lebih terperinci, dengan unsurunsur penting yang terlibat dalam komunikasi antara dan di antara para anggota organisasi, dapat digambarkan pada Gambar dibawah ini.
Sumber (source). Sumber atau pengirim berita memainkan langkah pertama dalam proses komunikasi. Sumber
mengendalikan macam berita yang dikirim, susunan yang digunakan, dan sering saluran melalui mana berita dikirimkan. Dalam
organisasi, sumber merupakan pihak yang
mempunyai kebutuhan dan keinginan untuk
mengkomunikasikan sesuatu gagasan, pemikiran, informasi, dan sebagainya, kepada pihak lain.
Pengubahan berita ke dalam
sandi/kode (encoding). Langkah kedua ini - encoding the message - megubah
berita ke dalam berbagai bentuk simbol-simbol
verbal atau nonverbal yang mampu memindahkan pengertian, seperti kata-kata pencakapan atau tulisan, angka, gerakan,
ataupun kegiatan.
Dari beberapa simbol yang tersedia,
pengirim berita menyeleksi salah satu yang
akan dapat memenuhi kebutuhan khusus. Pengirim berita seharusnya tidak hanya memikirkan apa yang
akan dikatakan tetapi juga bagaimana hal itu akan disajikan agar pengaruh
yang diinginkan dari penerima terpenuhi. Jadi, berita harus
disesuaikan dengan tingkat pemahaman, kepentingan dan kebutuhan penerima untuk mencapai konsekuensi-konsekuensi yang
diinginkan. Simbol-simbol harus
diseleksi atas dasar pemahaman yang akan diperoleh
dari pendengar atau pembaca. Kesamaan pengertian ini penting, karena ketidaksamaan pengertian akan
menimbulkan salah komunikasi.
Pengiriman berita
(transmitting the message). Langkah ketiga mencerminkan
pilihan komunikator terhadap media atau
"saluran distribusi". Komunikasi lisan mungkin disampaikan melalui
berbagai saluran - telephone, mesin pendikte, orang atau
videotape. Hal ini mungkin dilakukan secara pribadi atau dalam pertemuan kelompok dengan banyak orang. Dalam kenyataannya, salah
satu keputusan penting yang harus dibuat pengirim adalah dalam penentuan saluran
yang tepat atau sesuai bagi pengiriman
berita tertentu.
Manfaat komunikasi lisan,
orang per orang, adalah kesempatan untuk
berinteraksi antara sumber dan penerima, memungkinkan komunikasi nonverbal (gerakan tubuh, intonasi suara,
dan lain-lain), di sampaikannya berita
secara cepat, dan memungkinkan umpan balik diperoleh segera.
Sedangkan komunikasi tertulis dapat disampaikan melalui saluran-saluran seperti memo, surat, laporan,
catatan, bulletin dewan direktur, manual
perusahaan, dan surat kabar. Komunikasi tulisan mempunyai manfaat dalam hal penvediaan laporan atau dokumen untuk kepentingan di waktu mendatang.
Agar komunikasi lebih
efisien dan efektif manajer perlu mempertimbangkan penentuan media atau saluran yang
ada. Sebagai contoh, ucapan "selamat
pagi" tidak perlu ditulis dalam bentuk memo, sebaliknya pemberian
pesanan sebaiknya ditulis dengan bentuk memo.
Penerimaan berita. Langkah keempat adalah penerimaan berita oleh pihak penerima. Pada dasanya, orang-orang
menerima berita melalui ke lima pancaindera mereka penglihatan, pendengaran, pengecap, perabaan dan penciuman. Pengiriman berita belum
lengkap atau tidak terjadi bila suatu pihak-belum menerima berita. Banyak Komunikasi penting gagal karena
seseorang tidak pernah menerima berita.
Pengartian atau penterjemahan kembali berita (decoding). Langkah kelima proses
komunikasi adalah decoding. Hal ini menyangkut pengartian simbol-simbol oleh penerima. Proses ini
dipengaruhi oleh latar belakang,
kebudayaan, pendidikan, lingkungan, praduga, dan gangguan di sekitarnya. Selalu ada kemungkinan bahwa berita dari sumber,
ketika diartikan oleh penerima, akan menghasilkan pengertian yang jauh berbeda dengan yang dimaksud oleh pengirim. Jadi, penerima mempunyai tanggung jawab besar untuk
efektifitas komunikasi, dalam hal komunikasi
dua arah. Manajer dan bawahan dapat berperan baik sebagai sumber maupun penerima dalam suatu interaksi.
Berbagai macam interaksi dapat dilakukan dengan ruang lingkup, tingkat
kepentingan dan periode waktu yang berbeda-beda.
Umpan balik (feedback). Setelah berita diterima dan diterjemahkan, penerima mungkin menyampaikan
berita balasan yang ditujukan kepada
pengirim mula-mula atau orang lain. Jadi, komunikasi adalah proses yang berkesinambungan dan tak pernah berakhir. Seseorang berkomunikasi, penerima menanggapinya melalui
komunikasi selanjutnya dengan
pengirim atau orang lain, dan
seterusnya. Tanggapan ini disebut umpan
balik.
Manajemen
dapat mendistribusikan suatu bulletin yang berisi
kebijaksanaan baru kepada kelompok-penyelia, tetapi sampai ada tanggapan dalam bentuk pertanyaan, persetujuan,
komentar atau perilaku atau sampai telah adanya pengujian untuk melihat
apakahkebijaksanaan dijalankan atau tidak, manajemen tidak akan tahu seberapa efektif penyataan tersebut.
Komunikasi Organisasi
Semua faktor yang dibahas dalam
model proses komunikasi di atas, dapat juga diterapkan pada komunikasi dalam
organisasi. Kommunikasi efektif di
mana saja, menyangkut penyampaian berita dari seseorang kepada orang lain secara
akurat. Hanya bedanya efektifitas
komunikasi dalam organisasi pdipengaruhi oleh beberapa faktor khusus. Raymond V. Lesikar telah
menguraikan 4 (empat) faktor yang
mempengaruhi efektifitas komunikasi organisasi, yaitu saluran komunikasi formal, struktur organisasi, spesialisasi iabatan dan apa yang disebut
Lesikar sebagai "pemilikan informasi".
Saluran komunikasi formal mempengaruhi efektifitas komunikasi dalam dua cara.
Pertama, liputan saluran formal semakin melebar
sesuai perkembangan dan pertumbuhan organisasi. Sebagai contoh, komunikasi efektif biasanya semakin sulit
dicapai dalam organisasi yang besar dengan cabang-cabang yang menyebar. Kedua, saluran komunikasi formal dapat menghambat aliran informasi antar tingkattingkat organisasi. Sebagai contoh, karyawan lini
perakitan hampir selalu akan
mengkomunikasikan masalah-masalah pada penyelia (mandor) mereka dan bukan pada manajer pabrik. Keterbatasan ini mempunyai kebaikan (seperti menghindarkan manajer
atas dari kebanjiran informasi),
tetapi juga mempunyai kelemahan (seperti menghindarkan manajer atas
dari informasi yang seharusnya mereka peroleh).
Struktur wewenang organisasi mempunyai pengaruh yang sama terhadap efektifitas organisasi.
Perbedaan kekuasaan dan kedudukan (status) dalam organisasi akan menentukan
pihak-pihak yang berkomunikasi dengan
seseorang serta isi dan ketepatan komunikasi. Sebagai contoh, percakapan antara direktur perusahaan
dengan karyawan
akan dibatasi formalitas
dan kesopanan, sehingga tidak ada pihak yang berkehendak untuk
mengatakan sesuatu yang penting.
Spesialisasi jabatan biasanya akan
mempermudah komunikasi dalam
kelompok-kelompok yang berbeda. Para
anggota suatu kelompok kerja yang sama akan cenderung berkomunikasi
dengan istilah, tujuan, tugas, waktu, dan gaya yang sama. Komunikasi antara kelompok-kelompok
yang sangat berbeda akan cenderung di hambat.
Pemilikan informasi berarti bahwa individu-individu mempunyai informasi khusus dan
pengetahuan tentang pekerjaan-pekerjaan mereka.
Sebagai contoh, manajer produk akan mempunyai pengamatan yang lebih
tajam dalam perumusan strategi-strategi pemasaran, kepala departemen mungkin mempunyai cara tertentu yang efektif
untuk menangani konflik di antara para bawahannya. Individuindividu yang memiliki informasi-informasi khusus ini dapat berfungsi lebih efektif daripada lainnya, dan banyak
di antara mereka yang tidak bersedia membagikan informasi tersebut
kepada yang lain.
Jaringan komunikasi dalam
organisasi. Organisasi dapat merancang jaringan atau struktur komunikasi dalam berbagai cara. Jaringan komunikasi mungkin dirancang kaku, seperti bahwa
karyawan dilarang berkomunikasi dengan
siapapun kecuali atasannya langsung. Jaringan semacam ini biasanya dimaksudkan untuk menghindarkan manajer atas dari informasi berlebihan yang tidak perlu dan menjaga kekuasaan dan statusnya. Sebaliknya, jaringan mungkin
dirancang lebih bebas, di mana
individu-individu dapat berkomunikasi dengan setiap orang pada setiap tingkat. Jaringan seperti ini
digunakan bila aliran komunikasi yang
lebih bebas sangat diperlukan, seperti dalam
departemen riset.
Ada 4 (empat) macam jaringan komunikasi, seperti terlihat dalam
gambar diatas. Dalam jaringan "lingkaran"
; sebagai contoh, B hanya
dapat berkomunikasi dengan A dan C. Untuk
berkomunikasi dengan E, B
harus melalui A atau melalui C dan D. Pola "rantai" menunjukkan
dua bawahan (A dan E) yang melapor
kepada atasan mereka (B dan
D), yang selanjutnya oleh B dan D dilaporkan ke C. Pada jaringan "bintang"; C dapat berkomunikasi langsung
dengan A, B, D dan E, walaupun mereka ini tidak dapat berkomunikasi langsung satu sama lain. Sebagai contoh,
empat tenaga penjual (A, B, D, E) melapor ke manajer cabang (C). Sedangkan jaringan "huruf Y"
; bisa terdapat dalam bagian sekretariat
di mana surat-surat diterima oleh E, disortir oleh D dan distribusikan
oleh C.
Jaringan "huruf Y" dan
"bintang" adalah komunikasi yang terpusat, dengan C pada posisi pusat.
Komunikasi yang disentralisasi ini lebih efektif untuk menyelesaikan masalah-masalah
rutin dan tidak kompleks, karena lebih cepat dan lebih akurat. Tetapi bila masalahnya kompleks, jaringan "lingkaran" dan "rantai" yang
didesentralisasi, akan lebih cepat dan akurat penyelesaiannya. Kepuasan anggota kelompok juga cenderung lebih tinggi dalam
jaringan jaringan yang didesentralisasi.
SALURAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Pemahaman yang lebih baik tentang komunikasi
organisasi dapat diperoleh dengan mempelajari arah-arah dasar
gerakannya yang tampak dengan terbentuknya
saluran-saluran komunikasi. Saluransaluran komunikasi formal ditentukan oleh struktur organisasi atau ditunjukkan oleh berbagai sarana formal
lainnya, tipe saluran-saluran dasar
komunikasi adalah vertikal, lateral
dan diagonal.
Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal
terdiri atas komunikasi ke atas dan ke bawah
sesuai rantai perintah. Komunikasi ke bawah (downward
communication) dimulai dari manajemen puncak kemudian
mengalir ke bawah melalui tingkatan-tingkatan manajemen sampai ke karyawan lini
dan personalia paling bawah. Maksud utama komunikasi ke
bawah adalah untuk memberi pengarahan, informasi, instruksi, nasehat/saran
dan penilaian kepada bawahan serta memberikan informasi kepada para anggota
organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi.
Berita-berita ke bawah
dapat berbentuk tulisan maupun lisan, dan biasanya disampaikan melalui memo, laporan
atau dokumen lainnya, bulletin, pertemuan atau rapat, dan percakapan serta melalui
interaksi orang per orang atau kelompok-kelompok kecil. Manajemen seharusnya tidak hanya memusatkan perhatiannya pada
usaha komunikasi ke bawah, tetapi
juga komunikasi ke atas.
Fungsi utama komunikasi ke atas (upward
communication) adalah untuk mensuplai informasi kepada tingkatan manajemen
atas tentang apa yang terjadi pada tingkatan bawah. Tipe komunikasi ini mencakup
laporan-laporan periodik, penjelasan, gagasan, dan permintaan untuk diberikan keputusan. Hal ini dapat
dipandang sebagai data atau
informasi umpan balik bagi manajemen atas.
Bentuk-bentuk komunikasi seperti kebijaksanaan "pintu terbuka", sistem komunikasi informal, survey sikap,
dewan manajemenkaryawan, atau sistem
inspektur jenderal dirancang untuk memudahkan komunikasi ke atas ke manajemen
puncak.
Komunikasi Lateral atau Horizontal
Komunikasi lateral atau
horizontal meliputi hal-hal berikut ini :
1.
Komunikasi di antara para anggota
dalam kelompok kerja yang sama.
2.
Komunikasi yang terjadi antara dan di antara departemen-departemen pada tingkatan organisasi yang sama.
Bentuk komunikasi ini
pada dasarnya bersifat koordinatif, dan merupakan hasil dari konsep spesialisasi organisasi. Sehingga komunikasi
ini dirancang guna mempermudah koordinasi dan penanganan masalah. Komunikasi lateral, selain
membantu koordinasi kegiatankegiatan
lateral, juga menghindarkan prosedur
pemecahan masalah yang lambat.
Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal merupakan
komunikasi yang memotong secara menyilang diagonal rantai perintah
organisasi. Hal ini sering terjadi sebagai
hasil hubungan-hubungan departemen lini dan staf. Seperti telah dibahas dalam bab 10 bahwa hubungan-hubungan yang ada antara personalia lini dan staf
dapat berbeda-beda, yang akan membentuk beberapa komunikasi diagonal
yang berbeda-beda
pula.
PERANAN KOMUNIKASI INFORMAL
Pembahasan aliran-aliran
komunikasi di atas adalah berkenaan dengan yang disebut
komunikasi "formal", sebagai
saluran penyampaian berita yang
dirancang manajer organisasi untuk
memudahkan hubungan pekerjaan. Komunikasi
informal, bagaimanapun juga, adalah
juga bagian penting aliran komunikasi organisasi. Bentuk komunikasi ini timbul
dengan berbagai maksud, yang meliputi antara lain :
1. Pemuasan
kebutuhan-kebutuhan manusiawi, seperti kebutuhan untuk berhubungan dengan orang
lain.
2.
Perlawanan terhadap
pengaruh-pengaruh yang monoton atau membosankan.
3.
Pemenuhan keinginan untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. 4. Pelayanan sebagai sumber informasi hubungan pekerjaan yang tidak disediakan saluran-saluran komunikasi formal.
Tipe komunikasi informal yang
paling terkenal adalah 'grapevme
" (mendengar sesuatu bukan dari sumber resmi, tetapi
dari desasdesus, kabar angin atau "slentingan"). Sistem
komunikasi "grapevme" cenderung
dianggap merusak atau merugikan, karena tidak jarang terjadi penyebaran informasinya tidak tepat, tidak
lengkap dan menyimpang. Selain itu, desas-desus cenderung bersifat
membakar, tidak sesuai dengan kenyataan,
lebih bersifat emosional daripada logika, dan kadang-kadang dirahasiakan dari anggota yang mempunyai wewenang manajerial lebih tinggi.
Di lain pihak,
komunikasi "grapevme" mempunyai peranan
fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi organisasi. Banyak penelitian yang membuktikan bahwa komunikasi
"grapevme" lebih cepat, lebih
akurat dan lebih efektif dalam menyalurkan informasi. Manajer dapat
mempergunakan komunikasi ini dengan informasi yang sengaja "dibocorkan".
Manajer harus menyadari
bahwa komunikasi informal dan terutama "grapevme"
tidak dapat dihilangkan. Bahkan, sebaiknya manajer perlu memahami dan menggunakan "grapevme"
sebagai pelengkap komunikasi formal. Peran salah komunikasi ini dapat diminimalkan dengan merancang saluran komunikasi formal
yang baik, dan menyebarkan informasi dengan cepat dan tepat.
EFEKTIVITAS KOMUNIIKASI
Berbagai pennyebab
timbulnya masalah-masalah komunikasi dan betapa sulitnya mencapai komunikasi
efektif telah dibahas di atas. Sekarang akan
dibicarakan berbagai cara dengan mana
para manajer dapat meningkatkan efektivitas komunikasi. Teknik-teknik
ini pada dasarnya adalah cara-cara untuk
mengatasi kesulitan-kesulitan yang disajikan
sebelumnya.
Kesadaran Akan Kebutuhan Komunikasi Efektif
Karena berbagai hambatan
organisasional dan antar pribadi, komunikasi efektif tidak dapat dilaiarkan terjadi
begitu saja. Manajer' harus
memainkan peranan penting dalam proses komunikasi, di mana hanya dengan cara
itu kemudian dapat diambil langkah-langkah untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi.
Pentingnya komunikasi
menyebabkan banyak perusahaan besar menggunakan para
"ahli komunikasi". Para spesialis komunikasi ini membantu perbaikan komunikasi dengan bantuannya kepada para penyelia memecahkan masalah-masalah komunikasi internal; penentuan
strategi komunikasi perusahaan sehubungan dengan "layoffs", penutupan pabrik atau relokasi, dan terminasi;
serta pengukuran kualitas
kegiatan-kegiatan komunikasi, melalui interview (wawancara) atau survey.
Penggunaan Umpan - Balik
Peralatan penting pengembangan komunikasi
lainnya adalah penggunaan umpan balik
berita-berita yang dikirim. Komunikasi
dua arah ini memungkinkan proses
komunikasi berjalarn lebih efektif. Para manajer dapat melakukan paling sedikit dua. hal
untuk mendorong umpan balik dan
menggunakannya secara efektif. Manajer dapat menciptakan lingkungan yang mendorong
umpan balik, dan mendapatkan umpan balik melalui kegiatan mereka
sendiri.
Cara manajer berkcmunikasi
dengan para bawahannya dapat menentukan jumlah umpan balik yang akan mereka terima.
Di samping itu, tipe komunikasi yang
digunakan dan lingkungan komunikasi penting
dalam penentuan umpan balik macam apa yang akan didapatkannya. Dalam hal ini
manajer perlu memainkan peranan aktif dalam pengadaan umpan balik tersebut.
Sebagai contoh, setelah memberikan
penugasan suatu pekerjaan manajer dapat bertanya, "Apakah saudara
mengerti ?" atau "Apakah saudara
mempunyai pertanyaan ?" atau
"Apakah ada yang belum saya
jelaskan ?" Tetapi pertanyaan-pertanyaan itu tidak mendorong
timbulnya jawaban jawaban, sehingga
pendekatan yang lebih langsung dapat
dilakukan dengan mengatakan
:"Pekerjaan ini adalah penting; sebab itu pahami benar setiap langkah, laporkan kepada saya apa yang
akan saudara lakukan".
Di lain pihak, para manajer perlu secara
aktif mencari umpan balik. Manajemen
partisipatif dan komunikasi tatap muka merupakan cara-cara yang dapat
digunakan untuk meningkatkan efektifitas
komunikasi melalui penggunaan umpan balik.
Menjadi Komunikator yang Lebih Efektif
Teknik-teknik komurikasi yang jelek mengganggu banyak manajer, seperti ha.lnya mengganggu hubungan mereka
dengan para bawahannya di luar pekerjaan. Oleh karena itu,
latihan-latihan dalam penulisan dan penyampaian berita secara lisan perlu
dilakukan untuk meningkatkan
pemahaman akan simbol-simbol, penggunaan bahasa, pengutaraan yang tepat
dan kepekaan terhadap latar belakang penerima
berita.
Salah satu peralatan yang digunakan
secara efektif oleh para psikolog,
pembimbing, dan orang-orang yang profesinya
memerlukan pemahaman yang mendalam tentang klien mereka, yaitu active listening,dapat dipergunakan untuk mengembangkan dimensi baru ketrampilan manajemen para manajer. Prinsip dasar
peralatan ini adalah penggunaan reflective
statements (pernyataan balik) oleh pendengar. Bagaimanapun juga,
posisi kunci para manajer dalam proses komunikasi,
membuat kebutuhan mendesak bagi pengembangan diri untuk menjadi komunikator yang lebih efektif.
Pedoman Komunikasi yang Baik
American Management Associations (AMA) telah
menyusun sejumlah prinsip-prinsip
komunikasi yang disebut "the Ten Commandments of Good Communication" (sepuluh pedoman komunikasi yang baik).
Pedoman-pedoman ini disusun untuk meningkatkan efektifitas komunikasi organisasi, yang secara ringkas adalah sebagai berikut:
1. Cari kejelasan gagasan-gagasan terlebih dahulu sebelum dikomunikasikan.
2. Teliti tujuan sebenarnya setiap komunikasi.
3.
Pertimbangkan keadaan phisik dan
manusia keseluruhan kapan saja komunikasi akan dilakukan.
4.
Konsultasikan dengan pihak-pihak lain, bila perlu, dalam perencanaan komunikasi.
5. Perhatikan tekanan nada dan ekspresi lainnya sesuai isi dasar berita selama
berkomunikasi.
6.
Ambil kesempatan, bila timbul,
untuk mendapatkan segala sesuatu yang membantu atau umpan balik.
7. Ikuti lebih lanjut
komunikasi yang telah dilakukan.
8. Perhatikan konsistensi komunikasi.
9.
Tindakan atau perbuatan harus mendorong komunikasi.
10. Jadilah pendengar
yang baik, berkomunikasi tidak hanya untuk dimengerti tetapi untuk mengerti.
Prinsip-prinsip komunikasi
AMA ini memberikan kepada para manajer pedoman untuk meningkatkan efektifitas
komunikasi.