BAB i
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Perkembangan merupakan suatu
proses yang terjadi selama manusia hidup. Studi mengenai perkembangan seseorang
tidak lagi seperti dulu berhenti pada waktu orang mencapai kedewasaannya,
melainkan berlangsung terus dan mulai konsepsi hingga orang itu mati.
Pembentukan pada masa dini ini akan bersifat tetap dan mempengaruhi sifat
penyesuaian fisik, psikologis dan sosial pada masa-masa yang kemudian. Hal ini
pula menyebabkan mengapa perlakuan terhadap anak pada masa dini ini harus
sedemikian rupa sehingga dapat mengarah kepada penyesuaian sosial dan
penyesuaian pribadi yang baik pada masa yang akan datang.
Sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu daerah dengan
daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran – pemikiran yang dianggap
sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya banyak teori yang dikemukakan para pemikir
yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Oleh karena itu perlu
kita ketahui faktor – faktor apa saja yang dominan pengaruhnya dalam
perkembangan peserta didik.
1.2.
Rumusan Masalah
a. Apa itu Pertumbuhan
Dan Perkembangan ?
b. Apa Tugas Dan Fase Perkembangan ?
c. Apa saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak ?
d. Apa saja Faktor-Faktor Perkembangan
peserta didik ?
e. Apa saja Faktor-Faktor Perkembangan Sosial Peserta Didik ?
1.3.
Tujuan
1. Mengetahui Pertumbuhan
Dan Perkembangan
2. Mengetahui Tugas
Dan Fase Perkembangan
3. Mengetahui
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
4. Mengetahui Faktor-Faktor
Perkembangan peserta didik
5. Mengetahui
Faktor-Faktor Perkembangan Sosial Peserta Didik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pertumbuhan Dan
Perkembangan
Q Pengertian
Pertumbuhan :
Pertumbuhan adalah Perubahan alamiah secara kuantitatif
pada segi jasmaniah / fisik dan menunjukkan kepada suatu fungsi tertentu yang
baru dari organisme/ individu.
Pertumbuhan (Growth) adalah berkaitan dangan masalah
perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound) ukuran panjang (cm,
inchi), umur tulang dan keseimbangan metabolik ( retensi kalsium dan nitrogen
tubuh).
Contoh :
Bertambah tinggi, bertambah berat badan dan tumbuhnya kelenjar-kelenjar sex
Q Pengertian
Perkembangan :
Perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Perkembangan menyangkut adaanya proses difrensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk perkemabangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Perkembangan disini di artikan sebagai perubahan yang
dialami oleh individu atau oganisme menuju tingkat kedewasaannya (matury) yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik fisik
maupun psikis.
Oleh karena itu semua orang yang mendapat tugas untuk
mengawasi anak harus mengerti persoalan anak yang sedang tumbuh dan berkembang.
Contoh :
Sikap perasaan dan emosi, minat, cita-cita dan kepribadian seseorang
2.2.
Tugas
Dan Fase Perkembangan
Merupakan hal yang pasti bahwa setiap fase atau tahapan penkembangan kehidupan manusia
senantiasa berlangsung seiring dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar dalam hal mi tidak berarti
merupakan kegiatan belajar yang ilmiah. Tugas belajar yang muncul dalam setiap
fase perkembangan merupakan keharusan universal dan idealnya berlaku secara
otomatis, seperti kegiatan belajar keterampilan melakukan sesuatu pada fase
perkembangan tertentu yang lazim tenjadi pada manusia normal. Di samping itu,
hal-hal lain yang juga menimbulkan tugas-tugas tersebut adalah:
Karena adanya kematangan fisik tertentu pada fase perkembangan tertentu
Karena adanya dorongan cita-cita psikologis manusia yang sedang berkembang itu sendiri.
Karena adanya tuntutan kultural masyarakat sekitar.
Dalam
rangka memfungsikan tahap-tahap perubahan yang menyertai perkembangannya
manusia hams belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan tententu umpamanya kebiasaan
belajar berjalan dan berbicara pada rentang usia 1-5 tahun. Belajar melakukan
kebiasaan-kebiasaan tententu pada saat atau masa perkembangan yang tepat
dipandang berkaitan langsung dengan tugas-tugas perkembangan berikutnya.
Tugas-tugas
perkembangan tersebut
selalu diperhitungkan secara cermat oleh para orangtua
dan guru sebagai sesuatu yang hams terjadi secara alamiah dan tepat pada
waktunya. Perhatian orangtua dan juga guru (khususnya untuk fase rnasa sekolah)
amat diperlukan.
Tugas-tugas
perkembangan pada fase ini meliputi kegiatan-kegiatan belajar sebagai berikut.
1.
Belajar memakan makanan keras, misalnya mulai dengan bubur susu, bubur
beras, nasi, dan seterusnya.
2.
Belajar berbicara, misalnya mulai dengan menyebut kata ibu, ayah, dan nama-nama benda sederhana yang ada di sekelilingnya.
3.
Belajar mengendalikan pengeluaran benda-benda buangan dan tubuh nya,
misalnya mulai dengan meludah, membuang ingus dan seterusnya.
4.
Belajar membedakan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dan
bersopan santun seksual.
5.
Mencapai kematangan untuk belajar membaca dalam anti mulai siap mengenal
huruf, suku kata dan kata-kata tertulis.
6.
Belajar mengadakan hubungan emosional selain dengan ibunya, dengan ayah,
saudara kandung, dan orang-orang di sekelilingnya.
7.
Belajar membedakan antara hal-hal yang baik dengan yang buruk, juga
antara hal-hal yang benar dan salah, serta mengembangkan atau membentuk kata
hati (hati nurani).
2.3.
Faktor
Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu:
1. Faktor
Heredokonstitusionil Gen yang terdapat di dalam
nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio mempunyai sifat tersendiri
pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen ini dikenal sebagai
hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting dalam transmisi
sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus tertentu,
tipe tertentu dari dwarfism adalah akibat transmisi gen yang abnormal. Haruslah
diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena konstitusi genetiknya dan
bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan genetik pada sifat
perkembangan mental masih merupakan hal yang diperdebatkan. Memang hereditas
tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan yang besar tapi pengaruh
lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat diabaikan. Pada saat
sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak
mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan lingkungan. Sifat-sifat emosionil
seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen lebih banyak dipengaruhi oleh
lingkungan dibandingkan dengan hereditas.
Jenis kelamin. Pada umur
tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh,
proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga memerlukan ukuran-ukuran normal
tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini, yaitu mulai adolesensi pada umur
10 tahun, sedangkan pria mulai pada umur 12 tahun.
Ras atau bangsa. Oleh
beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning mempunyai hereditas lebih
pendek dibandingkan dengan ras kulit putih. Perbedaan antar bangsa tampak juga
bila kita bandingkan orang Skandinavia yang lebih tinggi dibandingkan dengan
orang Itali.
Keluarga. Tidak jarang
dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota keluarga yang pendek sedangkan
anggota keluarga lainnya tinggi.
Umur. Kecepatan tumbuh yang
paling besar ditemukan pada masa fetus, masa bayi dan masa adolesensi.
2. Faktor
Lingkungan Faktor
Prenatal.
1. Gizi
(defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain). Dengan menghilangkan vitamin
tertentu dari dalam makanan binatang yang sedang hamil, Warkany menemukan
kelainan pada anak binatang tersebut. Jenis kelainan tersebut dapat diduga
sebelumnya dengan menghilangkan vitamin tertentu. Telah dibuktikan pula bahwa
kurang makanan selama kehamilan dapat meningkatkan angka kelahiran mati dan
kematian neonatal. Diketahui pula bahwa pada ibu dengan keadaan gizi yang jelek
tidak dapat terjadi konsepsi. Hal ini disinggung pula oleh Warkany dengan
mengatakan The most serious
congenital malformation is never to be conceived at all.
2. Mekanis
(pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma, oligohidrmnion).
Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan oligohidramnion dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok.
Kelainan ini tidak terlalu berat karena mungkin terjadi pada masa kehidupan
intrauterin akhir. Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor
mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan.
3. Toksin
kimia (propiltiourasil, aminopterin, obat kontrasepsi dan lain-lain). Telah
lama diketahui bahwa obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan seperti
misalnya palatoskizis, hidrosefalus, disostosis kranial.
4. Bayi
yang lahir dari ibu yang menderita diabetes melitus sering menunjukkan kelainan
berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal. Hiperplasia pulau
Langerhans akan mengakibatkan hipoglikemia. Umur rata-rata ibu yang melahirkan
anak mongoloid dan kelainan lain umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan umur
ibu yang melahirkan anak normal. Ini mungkin disebabkan oleh kelainan beberapa
endrokin dalam tubuh ibu yang meningkat pada umur lanjut, walaupun faktor lain
yang bukan endokrin juga ikut berperan.
5. Radiasi
(sinar Rontgen, radium dan lain-lain). Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang
tidak mengikuti aturan dapat mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan
yang pernah dilaporkan ialah mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan
deformitas anggota gerak. Kelainan yang ditemukan akibat radiasi bom atom di
Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali, retardasi mental, kelainan kongenital
mata dan jantung.
6. Infeksi
(trimester I: rubela dan mungkin penyakit lain, trimester II dan berikutnya:
toksoplasmosis, histoplasmosis, sifilis dan lain-lain). Rubela (German measles)
dan mungkin pula infeksi virus atau bakteri lainnya yang diderita oleh ibu pada
waktu hamil muda dapat mengakibatkan kelainan pada fetus seperti katarak, bisu
tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan kongenital jantung. Lues
kongenital merupakan contoh infeksi yang dapat menyerang fetus intrauterin
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan fisis dan mental. Toksoplasmosis pranatal
dapat mengakibatkan makrosefali kongenital atau mikrosefali dan renitinitis.
7. Imunitas
(eritroblastosis fetalis, kernicterus). Keadaan ini timbul atas dasar adanya
perbedaan golongan darah antara fetus dan ibu, sehingga ibu membentuk antibodi
terhadap sel darah merah bayi yang kemudian melalui plasenta masuk ke dalam
peredaran darah bayi yang akan mengakibatkan hemolisis. Akibat penghancuran sel
darah merah bayi akan timbul anemia dan hiperbilirubinemia. Jaringan otak
sangat peka terhadap hiperbilirubinemia ini dan dapat terjadi kerusakan.
8. Anoksia
embrio (gangguan fungsi plasenta) Keadaan anoksia pada embrio dapat
mengakibatkan pertumbuhannya terganggu.
Faktor Pascanatal.
1. Gizi
(masukan makanan kualitatif dan kuantitatif) Termasuk dalam hal ini bahan
pembangun tubuh yaitu protein, karbohidrat, lemak, mineral dan vitamin.
2. Penyakit
(penyakit kronis dan kelainan kongenital) Beberapa penyakit kronis seperti
glomerulonefritis kronik, tuberkulosis paru dan penyakit seliak dapat
mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. Hal yang sama juga dapat terjadi
pada penderita kelainan jantung bawaan.
3. Keadaan
sosial-ekonomi. Hal ini memegang peranan penting dalam pertumbuhan anak. Jelas
dapat terlihat pada ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua dengan
keadaan sosial-ekonomi yang kurang, yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi dari
keluarga dengan sosial-ekonomi yang cukup.
4. Musim.
Di negeri yang mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan tumbuh berat
badan dan tinggi. Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan paling rendah
pada musim gugur. Sebaliknya penambahan berat badan terbesar terjadi pada musim
gugur dan terkecil pada musim semi.
5. Lain-lain.
Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
anak, antara lain pengawasan medis, perbaikan sanitasi, pendidikan, faktor
psikologi dan lain-lain.
2.4. Faktor
– faktor Perkembangan Peserta Didik.
A. Faktor internal
Yaitu faktor yang ada dalam diri
siswa itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang
turut mengembangkan dirinya sendiri. Dengan demikian faktor internal bisa
dibagi menjadi 2 macam faktor fisik dan faktor psikis (Zunun, 2008).
Faktor fisik
Di dunia ini orang mempunyai
bentuk tubuh yang bermacam – macam. Ada yang tinggi ceking, ada yang pendek
gemuk, dan ada yang sedang antara tinggi dan besar badanya. Sudah jelas, masing
– masing mmpunyai pengaruh tersendiri bagi perkembangan seorang anak
Faktor psikis
Dalam hal kejiwaan, ada anak
periang, sehingga banyak pergaulan. Akan tetapi ada pula yang selalu tampak
murung, pendiam, mudah tersinggung karenanya suka menyendiri, kecerdasan dan
temperamen.
B. Faktor
Eksternal
Yaitu hal – hal yang datang atau
ada diluar diri siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan
pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungan. Faktor eksternal
dibagi menjadi 6 macam: faktor biologis, physis, ekonomis, cultural, edukatif,
dan religious (Zunun, 2008)
Faktor biologis
Bisa diartikan, biologis dalam
konteks ini adalah faktor yang berkaitan dengan keperluan primer seorang anak
pada awal kehidupanya: Faktor ini wujudnya berupa pengaruh yang datang pertama
kali dari pihak ibu dan ayah.
Faktor phyisis
Maksudnya adalah pengaruh yang
datang dari lingkungan geografis, seperti iklim keadaan alam, tingkat kesuburan
tanah, jalur komunikasi dengan daerah lain, dsb. Semua ini jelas membawa dampak
masing – masing terhadap perkembangan anak – anak yang lahir dan dibesarkan
disana.
Faktor ekonomis
Dalam proses perkembanganya.
Betapapun ukuranya bervariasi, seorang anak pasti memerlukan biaya. Biaya untuk
makan dan minum dirumah, tetapi juga untuk mebeli alat – alat sekolah
Faktor cultural
Di Indonesia ini, jika dihitung
ada berpuluh bahkan beratus kelompok masyarakat yang masing – masing mempunyai
kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal ini jelas berpengaruh
terhadap perkemangan anak – anak.
Faktor edukatif
Pendidikan tak dapat disangkal
mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak manusia. Malah karena sifatnya
berencana dan sering kali diusahakan secara teratur, faktor pendidikan ini
relatif paling besar pengaruhnya disbanding faktor yang lain manapun juga.
Faktor religious
Sebagai contoh seorang anak
kyai, sudah pasti ia akan berebeda dengan anak lain yang tidak menjadi kyai,
yang sekedar terhitung orang beragama, lebih – lebih yang memang tidak beragama
sama sekali, ini adalah soal perkembangan pula, menyangkut proses terbentunya
prilaku seorang anak dengan agama sebagai faktor penting yang mempengaruhinya.
Beberapa aliran yang berhubungan dengan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan siswa adalah:
1. Aliran
Nativisme
Nativisme (nativism) adalah
sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran psikologis .
Tokoh utama aliran ini bernama arthur Schopenhoeur (1788-1860) seorangg
filosofis Jerman, Aliran filosofis nativisme ini dijuluki sebagai aliran
pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan kacamata hitam, karena para
ahli penganut ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh
pembawaannya, sedangkan pengalaman dan pendidikan tidak ada pengaruhnya. Dalam
ilmu pendidikan pandangan ini disebut pesimisme pedagogis (Radhy, 2007)
2. Aliran
Empirisisme
Aliran empirisisme (empiricism)
tokoh utamanya adalah John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “ The
School of British Empiricism” (aliran empirisme inggris). Doktrin aliran
empirisme yang amat mashur ialah “tabula Rasa” yang berarti lembaran kosong.
Doktrin tabula rasa menekankan arti pentingnya pengalaman, lingkungan dan
pendidikan dalam arti perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada
lingkungan dan pengalaman pendidiknya sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir
dianggap tidak ada pengaruhnya (Radhy, 2007).
3. Aliran
Kovergensi
Aliran kovergensi merupakan
gabungan antara aliran empirisisme dengan aliran nativisme. Aliran ini
menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Tokoh utama aliran
ini bernama Louis William Stern, seorang filosof dan psycholog Jerman (Radhy,
2007).
2.5.
Faktor-faktor
Perkembangan Sosial Peserta Didik
Perkembangan
sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: keluarga, kematangan
anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental
terutama emosi dan inteligensi.
1. Keluarga
Keluarga
merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara
kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di
dalam keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada
dasarnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan anak. Proses pendidikan yang
bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga.
2. Kematangan
Anak
Bersosialisasi
memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangan dalam
proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan
intelektual dan emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut pula
menentukan.
Dengan
demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik
sehingga setiap orang fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.
3. Status
Sosial Ekonomi
Kehidupan
sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga
dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak
yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam
keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan
sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku
di dalam keluarganya.
Dari pihak
anak itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang
telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan
sosial anak akan senantiasa “menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya.
Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu
mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal
ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari
kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya
sendiri.
4. Pendidikan
Pendidikan
merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai
proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial
anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi
oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku
yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di
kelembagaan pendidikan(sekolah).
Kepada
peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi
dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa(nasional) dan norma kehidupan
antarbangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
5. Kapasitas
Mental, Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan
berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan
masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan
berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual
tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang
sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling
pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam
kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang
berkemampuan intelektual tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Dari beberapa
penjelasan tersebut di atas, dapat kita simpulkan bahwa Perkembangan merupakan
perubahan individu baik fisik maupun psikisnya dan berlangsung sepanjang hayat,
perubahan-perubahannya tidak hanya bersifat evolusi, tetapi juga bersifat
involusi (penurunan dan perusakan menuju kematian).
Pertumbuhan
merupakan perubahan individu yang terbatas pada perubahan fisiknya dan
berlangsung sampai pada masa tertentu, perubahan – perubahannya bersifat
evolusi ( menuju ke arah yang lebih sempurna ).
Perkembangan dan
pertumbuhan merupakan hal yang penting untuk kita pelajari dan kita pahami.
Banyak para pendidik dan orang tua yang belum memahami
perkembangan-perkembangan anak. Sehingga masih ada pendidik dan orang tua yang
menerapkan sistem pembelajaran tanpa melihat perkembangan anak. Hal ini akan
berakibat adanya ketidak seimbangan antara system pembelajaran dengan
perkembangan anak yang akan menyulitkannya untuk mengikuti system pembelajaran
yang ada. Dengan mengetahui faktor-faktor perkembangan dan pertumbuhan anak
diharapkan kita akan mudah mengetahui system pembelajaran yang efektif,
efisien, terarah dan sesuai dengan perkembangan anak dan dapat menciptakan generasi-generasi masa depan yang
berkualitas. Dengan demikian, sebagai pendidik kita
diharuskan mengetahui dan memahami perkembangan dan pertumbuhan peserta.
3.2.
Saran
Sebagai calon guru, hendaknya
kita mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak lebih dalam lagi atau
dikembangkan agar kita dapat mengatasi masalah-masalah yang mungkin akan timbul
pada saat proses belajar mengajar/pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009, Perkembangan peserta didik (online),
Http:www.dowbload-search-engine.com/perkembangan+peserta didik-ebook-pdf.html
Hartina, S., 2008, Perkembangan Peserta Didik, Reflika Aditama, Tegal.
Radhy, M.S., 2007, Perkembangan Peserta Didik, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah, Pare-Pare.
Zunun, M.M., 2008,
Seminar Psikologi Pendidikan Islam, www.asterpix.com/tagclodclick/?=24376617url=http://scribd.asterpix.com (Perkembangan anak).
Edukasi kompas, 2010,
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, http://edukasi.kompasiana.com/. Diakses tanggal 25 Mei 2012
Syacom, 2012, Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, http
://syacom.blogspot.com, diakses tanggal 25 Mei 2012
Di Susun Oleh : Deisya Kuheba
Deisya Kuheba
Deisya Kuheba