BAB IV
Perilaku individu dalam organisasi
PENDAHULUAN
Pada umumnya setiap individu memiliki suatu kebutuhan hidup, mulai dari
yang sederhana(primer) sampai kebutuhan yang lebih/luas(tersier). Karena untuk
memenuhi kebutuhannya, setiap individu memerlukan suatu tempat untuk memenuhi
kebutuhannya. Maka dari itu, manusia memerlukan organisasi untuk pemenuhan
kebutuhan hidupnya. Baik itu organisasi di bidang pendidikan, hobi, pekerjaan,
dan lain – lain. Dalam perilaku organisasi dijelaskan bagaimana perbedaan
kebutuhan antar individu, karakter – karakter setiap individu, dan komunikasi
antar individu yang berpengaruh dalam pencapain tujuan itu.
A. PERILAKU INDIVIDU
Manusia adalah salah satu dimensi penting dalam organisasi. Kinerja
organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya.
Seluruh pekerjaan dalam perusahaan itu, para karyawanlah yang menentukan
keberhasilannya. Sehingga berbagai upaya meningkatkan produktivitas perusahaan
harus dimulai dari perbaikan produktivitas karyawan. Oleh karena itu, pemahaman
tentang perilaku organisasi menjadi sangat penting dalam rangka meningkatkan
kinerjanya.
Karyawan sebagai individu ketika memasuki perusahaan akan membawa
kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan
pengalaman masa lalunya sebagai karakteristik individualnya. Oleh karena itu,
maaf-maaf kalau kita mengamati karyawan baru di kantor. Ada yang terlampau
aktif, maupun yang terlampau pasif.
Hal ini dapat dimengerti karena karyawan baru biasanya masih membawa
sifat-sifat karakteristik individualnya. Selanjutnya karakteristik ini menurut
Thoha (1983), akan berinteraksi dengan tatanan organisasi seperti: peraturan
dan hirarki, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem kompensasi dan
sistem pengendalian. Hasil interaksi tersebut akan membentuk perilaku-perilaku
tertentu individu dalam organisasi.
B. PERBEDAAN
INDIVIDUAL
Setiap
individu pun memiliki kemampuan yang berbeda, kemampuan secara langsung
mempengaruhi tingkat kinerja dan kepuasan karyawan melalui kesesuaian kemampuan
– pekerjaan. Dari sisi pembentukan perilaku dan sifat manusia, perilaku
individu akan berbeda di karenakan oleh kemampuan yang dimilikinya juga
berbeda. Pembelajaran merupakan bukti dari perubahan perilaku individu.
Pembelajaran terjadi setiap saat dan relatif permanen yang terjadi
sebagai hasil dari pengalaman.
Meski
manusia dapat belajar dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan mereka, terlalu
sedikit perhatian yang diberikan dalam peran yang di mainkan pada evolusi
pembentukan perilaku manusia. Para psikologi evolusioner memberitahu kita
bahwa manusia pada dasarnya sudah terbentuk ketika dilahirkan. Kita lahir di dunia
ini dengan sifat-sifat yang sudah mendarah daging, diasah, dan diadaptasikan
terus selama jutaan tahun, yang membentuk dan membatasi perilaku kita.
Psikologi evolusioner menentang pemahaman yang menyatakan bahwa manusia bebas
untuk mengubah perilaku jika dilatih atau dimotivasi. Akibatnya, kita menemukan
bahwa orang dalam tataran organisasi sering berperilaku dengan cara yang
tampaknya tidak bermanfaat bagi diri mereka sendiri atau majikan mereka.
Namun B.F. Skinner, dengan bangga menyatakan
keyakinannya dalam membentuk perilaku individu dalam lingkungan, “Berikan saya
seorang anak pada saat kelahirannya dan saya dapat berbuat seperti apa yang
Anda inginkan”.
ena itu
penting bagi manajer untuk mengenalkan aturan-aturan perusahaan kepada karyawan
baru. Misalnya dengan memberikan masa orientasi.
C. KARAKTERISTIK ORGANISASI DAN PENGARUHNYA TERHADAP
INDIVIDU
·
karakteristik
biografis
- Umur
- Jenis kelamin
- Status kawin
- masa kerja
·
Kemampuan
- kemampuan fisik
- kemampuan intelektual
·
Kepribadian
·
Proses
belajar
·
Persepsi
·
Sikap
·
Kepuasan
kerja
Perilaku Individu dalam organisasi
antara lain :
·
Produktifitas
kerja
·
Kepuasan
kerja
·
Tingkat
absensi
·
Tingkat
turnover
D. PENDEKATAN –
PENDEKATAN UNTUK MEMAHAMI PERILAKU INDIVIDU
Pendekatan yang sering dipergunakan
untuk memahami perilaku manusia adalah; pendekatan kognitif, reinforcement, dan
psikoanalitis. Berikut penjelasan ketiga pendekatan tersebut dilihat dari;
penekanannya, penyebab timbulnya perilaku, prosesnya, kepentingan masa lalu di
dalam menentukan perilaku, tingkat kesadaran, dan data yang dipergunakan.
1.
Penekanan.
Pendekatan kognitif menekankan mental internal seperti berpikir dan
menimbang. Penafsiran individu tentang lingkungan dipertimbangkan lebih penting
dari lingkungan itu sendiri.
Pendekatan penguatan (reinforcement) menekankan pada peranan lingkungan
dalam perilaku manusia. Lingkungan dipandang sebagai suatu sumber stimuli yang
dapat menghasilkan dan memperkuat respon perilaku.
Pendekatan
psikoanalitis menekankan peranan sistem personalitas di dalam menentukan
sesuatu perilaku. Lingkungan dipertimbangkan sepanjang hanya sebagai ego yang
berinteraksi dengannya untuk memuaskan keinginan.
2. Penyebab
Timbulnya Perilaku
Pendekatan kognitif, perilaku dikatakan timbul dari ketidakseimbangan atau
ketidaksesuaian pada struktur kognitif, yang dapat dihasilkan dari persepsi
tentang lingkungan.
Pendekatan reinforcement menyatakan bahwa perilaku itu ditentukan oleh
stimuli lingkungan baik sebelum terjadinya perilaku maupun sebagai hasil dari
perilaku. Menurut pendekatan psikoanalitis, perilaku itu ditimbulkan oleh
tegangan (tensions) yang dihasilkan oleh tidak tercapainya keinginan.
3. Proses.
Pendekatan kognitif menyatakan bahwa kognisi (pengetahuan dan pengalaman)
adalah proses mental, yang saling menyempurnakan dengan struktur kognisi yang
ada. Dan akibat ketidak sesuaian (inconsistency) dalam struktur menghasilkan
perilaku yang dapat mengurangi ketidak sesuaian tersebut.
Pendekatan
reinforcement, lingkungan yang beraksi dalam diri individu mengundang respon
yang ditentukan oleh sejarah. Sifat dari reaksi lingkungan pada respon tersebut
menentukan kecenderungan perilaku masa mendatang. Dalam pendekatan
psikoanalitis, keinginan dan harapan dihasilkan dalam Id kemudian diproses oleh
Ego dibawah pengamatan Superego.
4.
Kepentingan Masa lalu dalam menentukan Perilaku.
Pendekatan kognitif tidak memperhitungkan masa lalu (ahistoric). Pengalaman
masa lalu hanya menentukan pada struktur kognitif, dan perilaku adalah suatu
fungsi dari pernyataan masa sekarang dari sistem kognitif seseorang, tanpa
memperhatikan proses masuknya dalam sistem.
Teori reinforcement bersifat historic. Suatu respon seseorang pada suatu
stimulus tertentu adalah menjadi suatu fungsi dari sejarah lingkungannya.
Menurut pendekatan psikoanalitis, masa lalu seseorang dapat menjadikan suatu
penentu yang relatif penting bagi perilakunya. Kekuatan yang relatif dari Id,
Ego dan Superego ditentukan oleh interaksi dan pengembangannya dimasa lalu.
5. Tingkat
dari Kesadaran.
Dalam pendekatan kognitif memang ada aneka ragam tingkatan kesadaran,
tetapi dalam kegiatan mental yang sadar seperti mengetahui, berpikir dan
memahami, dipertimbangkan sangat penting.
Dalam teori reinforcement, tidak ada perbedaan antara sadar dan tidak.
Biasanya aktifitas mental dipertimbangkan menjadi bentuk lain dari perilaku dan
tidak dihubungkan dengan kasus kekuasaan apapun. Aktifitas mental seperti
berpikir dan berperasaan dapat saja diikuti dengan perilaku yang terbuka,
tetapi bukan berarti bahwa berpikir dan berperasaan dapat menyebabkan terjadinya
perilaku terbuka.
Pendekatan psikoanalitis hampir sebagian besar aktifitas mental adalah
tidak sadar. Aktifitas tidak sadar dari Id dan Superego secara luas menentukan
perilaku.
6. Data.
Dalam pendekatan kognitif, data atas sikap, nilai, pengertian dan pengharapan
pada dasarnya dikumpulkan lewat survey dan kuestioner.
Pendekatan
reinforcement mengukur stimuli lingkungan dan respon materi atau fisik yang
dapat diamati, lewat observasi langsung atau dengan pertolongan sarana
teknologi.
Pendekatan psikoanalitis menggunakan data ekspresi dari keinginan, harapan,
dan bukti penekanan dan bloking dari keinginan tersebut lewat analisa mimpi,
asosiasi bebas, teknik proyektif, dan hipnotis.
E. PERSEPSI DAN KOMUNIKASI
Persepsi adalah proses
internal yang kita lakukan untuk memilih, mengevaluasi dan mengorganisasikan
rangsangan dari lingkungan eksternal. Dengan kata lain persepsi adalah cara
kita mengubah energi – energi fisik lingkungan kita menjadi pengalaman yang
bermakna. Persepsi adalah juga inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak
akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang
menentukan kita memilih pesan dan mengabaikan pesan yang lain.
Semakin tinggi
derajat kesamaan persepsi individu,semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi,
dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau
kelompok identitas.
Komunikasi
adalah penyampaian suatu informasi dari seseorang kepada orang lain dan
memberikan suatu pemahaman terhadap si penerima informasi tersebut. Komunikasi
memiliki fungsi utama, yakni sebagai fungsi kendaali, motivasi, pernyataan
emosi, dan informasi.
PENUTUP
Setiap individu mempunyai
karakteristik yang berbeda – beda. Di
dalam organisasi setiap orang mempunyai tujuan yang sama. Seluruh pekerjaan di
dalam organisasi dilakukan para anggota yang akan menentukan keberhasilannya.
Jika seorang ikut dalam organisasi, dia akan memperoleh suatu tujuan yang
membuat ia dapat kepuasan dalam melakukan pekerjaannya. Organisasi sangat
berpengaruh terhadap individu, karena setiap individu mempunyai kebutuhan
- kebutuhan tertentu dalam dirinya demi
mempertahankan kelangsungan hidupnya di masa depan. Karena kebutuhan, setiap
individual berorganisasi. Misalnya, dalam perusahaan setiap individu mempunyai
karakteristik yang berbeda, karena mereka mempunyai kebutuhan yang berbeda
pula. Kebutuhan – kebutuhan tersebut yang membuat mereka termotivasi untuk
melakukan pekerjaan tersebut lebih baik, baik dari dirinya sendiri maupun orang
lain. Dalam diri individu, terdapat perilaku – perilaku yang betentangan yang
disebut dengan konflik. Jika seseorang mempunyai konflik atau masalah, mungkin
mereka mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan yang tepat. Disinilah
peran seorang pemimpin dalam organisasi dibutuhkan. Setiap individu mempunyai
masalah yang berbeda – beda dalam pekerjaannya dan karakter sifat yang berbeda
– beda. Ada yang menanggapi masalah tersebut dengan akal sehatnya dan ada pula
yang dengan sifat emosionalnya. Jadi seorang pemimpin harus bisa berkomunikasi
dengan baik terhadap bawahannya, perbedaan karakter setiap individu dalam
menghadapi masalah harus melalui pendekatan – pendektan yang berbeda pula. Di
butuhkan kemampuan dan kecerdikan seorang pemimpin, agar bawahannya tersebut
dapat bekerja dengan baik kembali.
SUMBER
REFERENSI
: