BAB VII
Iklim organisasi
PENDAHULUAN
Dalam setiap organisasi
akan memiliki iklim organisasi yang berbeda – beda. Keanekaragaman pekerjaan
yang ada di dalam suatu organisasi atau sifat individu yang ada akan
menggambarkan perbedaan tersebut. Iklim organisasi yang terbuka akan
mengungkapkan kepentingan dan ketidakpuasan seseorang. Iklim organisasi penting
diciptakan karena untuk mengatasi hubungan keorganisasian. Dalam perilaku
organisasi akan dibahas mengenai seberapa pentingnya iklim organisasi dan
pengaruh terhadap kinerja para pelaku organisasi.
A. KONSEP
IKLIM ORGANISASI
Definisi
Iklim Organisasi
Menurut Davis
dan Hewstrom (1995), “Iklim organisasi adalah lingkungan dimana para karyawan
suatu organisasi melakukan pekerjaan mereka. Iklim mengitari dan mempengaruhi
segala hal yang bekerja dalam organisasi sehingga iklim dikatakan sebagai suatu
konsep yang dinamis.”
Menurut
Gibson, Ivancevich dan Donelly (1992), “Iklim organisasi adalah serangkaian
keadaan lingkungan yang dirasakan secara langsung dan tidak langsung oleh
karyawan.” Hal ini menggambarkan bahwa iklim organisasi sebagai beberapa
keadaan atau kondisi dalam satu rangkaian yang secara langsung atau tidak
langsung, sadar atau tidak sadar, dapat mempengaruhi karyawan.
Menurut
Higgins (1998), “Iklim organisasi adalah kumpulan dari persepsi karyawan
termasuk mengenai pengaturan karyawan. Keinginan dari pekerjaan dalam
organisasi, dan lingkungan sosial dalam organisasi.
Sifat
Iklim Organisasi
Menurut
Al-Shammri (1998), Slocum mengemukakan 4 sifat iklim organisasi, antara lain :
1.
iklim baik secara organisasi
Individu
maupun grup, secara keseluruhan bersifat psikologis dan persepsi, individu
yaitu persepsi yang diperoleh oleh seluruh anggota dari satuan unit sosial.
2.
Semua iklim adalah abstrak
Orang-orang
biasanya memanfaatkan informasi tentang barang lain dan berbagai kegiatan yang
terjadi dalam organisasi tersebut untuk membentuk suatu rangkuman persepsi
mengenai iklim. Setelah itu digabungkan hasil dari pengamatan mereka dan
pengalaman pribadi orang-orang lain untuk dibuat peta kognitif dari orang
tersebut.
3.
Iklim bersifat abstrak dan perceptual
Maka
mereka memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan persepsi seperti konsep
psikologis yang lainnya. Ketika prinsip ini digunakan dalam pengamatan
lingkungan kerja maka sebuah deskripsi yang bersifat multidimensi akan
dihasilkan.
4.
Iklim itu sendiri
Disadari
lebih deskriptif daripada evaluatif, jadi peneliti lebih banyak banyak
menanyakan apa yang mereka lihat dalam lingkungan kerja mereka pada seseorang
dibandingkan menanyakan kepada mereka untuk menyatakan apakah itu baik atau
buruk.
B. ISU – ISU
IKLIM ORGANISASI DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
Pendidikan yang sebelumnya merupakan
kebutuhan sekunder telah dipandang sebagai kebutuhan utama. Dalam hal memenuhi
kebutuhan utamanya ini, masyarakat memilih sesuai dengan kemampuan yang sangat
terkait dengan ekonomi untuk memperoleh kualitas layanan yang
setinggi-tingginya. Hal ini menciptakan kultur elitisme di kalangan
sekolahsekolah “noble industry” tersebut. Padahal masyarakat banyak, mahalnya
biaya pendidikan seringkali masih merupakan problem yang tak terpecahkan. Kita
juga maklum atas ketidakmampuan pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan
untuk semua warga negara. Akan tetapi realitas itu janganlah dijadikan apologi
pemerintah lepas tanggung jawab dan menyerahkan kepada swasta. Bagaimanapun
tanggung jawab pendidikan tetap ada di pundak pemerintah.
Pasal 31 Undang-Undang
Dasar 1945 menegaskan, setiap warga negara berhak mengikuti pendidikan.
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional
untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
UUD 45 juga menggariskan, negara harus mengalokasikan 20 persen APBN untuk
anggaran pendidikan nasional. (Tajuk Rencana Pikiran Rakyat, 4 Mei 2005). Dalam
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003, pasal 46 mengamanatkan bahwa
pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat. Kabupaten Jembrana, dalam 4 tahun terakhir
telah mensubsidi Rp. 14,7 M (hampir 3,7 M per tahun) untuk menggratiskan semua
sekolah negeri. Kabupaten-kabupaten lain akan segera menyusul, di antaranya
Balikpapan. Namun hingga saat ini belum diperoleh informasi kebijakan untuk
sekolah swasta. Masih banyak sekolah swasta yang mengalami kesulitan biaya dan
terancam tutup, padahal sekolah swasta masih dibutuhkan.
C. HUBUNGAN
IKLIM ORGANISASI DAN EFEKTIFITAS ORGANISASI
Menurut
Soekarno K. (1968:42) efektif adalah pencapaian tujuan atau hasil di kehendaki
tanpa menghiraukan faktor – faktor tenaga, waktu, biaya, fikiran alat dan alat
– alat yang telah dikeluarkan’ digunakan. Hal ini berarti bahwa pengertian
efektifitas yang dipentingkan adalah semata – mata hasil atau tujuan yang
dikehendaki.
Hubungan iklim
organisasi dan efektifitas organisasi adanya suatu pendekatan tujuan untuk
menjelaskan efektifitas didasarkan suatu gagasan bahwa organisasi diciptakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Pendekatan tujuan organisasi
dibentuk dengan maksud mencapai tujuan. Seorang ahli praktek dan penulis dalam
manajemen dan perilaku keorganisasian, James I. Gibson (1989:27) menyatakan
“yang diartikan dengan efektifitas adalah pencapaian sasaran yang telah
disepakati atas usaha bersama. Tingkat pencapaian sasaran itu menunjukan
tingkat efektifas. Gagasan bahwa organisasi maupun kelompok dan individu itu
harus dievaluasi dari segi pencapaian tujuan, telah diterima umum secara luas.
Pendekatan tujuan menunjukan bahwa organisasi dibentuk dengan tujuan tertentu,
bekerja secara rasional dan berusaha mencapai tujuan tertentu yakni prinsip
dasar dari masyarakat barat sekarang ini. Meski pendekatan tujuan ini kelihatan
sederhana, tetapi mengandung juga beberapa persoalan.
Keefektivitasan
organisasi dapat dilakukan dengan cara melihat seberapa jauh pencapaian tujuan
yang diharapkan organisasi itu. Pendeskripsian mengenai efektivitas kinerja
organisasi meliputi produktivitas dan pemanfaatan terhadap organisasi tersebut
serta masyarakat. Setiap anggota organisasi dalam melaksanakan tugasnya dinilai
sudah memperoleh keuntungan dari apa yang telah dikerjakan, berupa kepuasan
batin dan penyelesaian tugas sesuai dengan job descriptionnya.
D. IKLIM
ORGANISASI DAN KINERJA
Toulson dan
Smith (1994:457) menerangkan dalam jurnalnya bahwa konsep iklim organisasi
pertama kali dikemukakan oleh Litwin dan Stringer pada tahun 1968. Iklim
organisasi oleh Litwin dan Stringer, dijabarkan atau diukur melalui lima
dimensi, yaitu:
a. Responsibility (tanggung jawab)
b. Identity
(identitas)
c. Warmth
(kehangatan)
d. Support
(dukungan)
e. Conflict (konflik)
e. Conflict (konflik)
Pengertian dari
masing-masing dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Tanggung Jawab
Tanggung
jawab (responsibility) adalah perasaan menjadi pimpinan bagi diri sendiri,
tidak selalu harus mengecek ulang semua keputusan yang diambil, ketika karyawan
mendapat suatu pekerjaan, karyawan yang bersangkutan mengetahui bahwa itu adalah
pekerjaannya (Toulson & Smith, 1994:457).
Tanggung
jawab adalah kewajiban seseorang untuk melaksanakan fungsi yang ditugaskan
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pengarahan yang diterima (Flippo, 1996:103)
atau tingkatan sejauh mana anggota organisasi bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang dibebankan (Cherrington, 1996:560).
2.
Identitas
Identitas
(identity) adalah perasaaan memiliki (sense of belonging) terhadap perusahaan
dan diterima dalam kelompok (Toulson & Smith, 1994:457).
3.
Kehangatan
Kehangatan
(warmth) adalah perasaan terhadap suasana kerja yang bersahabat dan lebih
ditekankan pada kondisi keramahan atau persahabatan dalam kelompok yang
informal, serta hubungan yang baik antar rekan kerja, penekanan pada pengaruh
persahabatan dan kelompok sosial yang informal (Toulson & Smith, 1994:457).
4.
Dukungan
Dukungan
(support) adalah hal-hal yang terkait dengan dukungan dan hubungan antar sesama
rekan kerja yaitu perasaan saling menolong antara manajer dan karyawan, lebih
ditekankan pada dukungan yang saling membutuhkan antara atasan dan bawahan
(Toulson & Smith, 1994:457).
5. Konflik
Konflik
(conflict) merupakan situasi terjadi pertentangan atau perbedaan pendapat
antara bawahan dengan pimpinan dan bawahan dengan bawahan. Ditekankan pada
kondisi dimana manajer dan para pekerja mau mendengarkan pendapat yang berbeda.
Kedua belah pihak bersedia menempatan masalah secara terbuka dan mencari
solusinya daripada menghindarinya (Toulson & Smith,1994:457).
PENUTUP
Setiap organisasi memilki
iklim organisasi yang berbeda. Keanekaragaman pekerjaan yang dirancang di dalam
organisasi, atau setiap individu yang ada akan menggambarkan oerbedaan
tersebut. Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan persepsi
seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi
penentuan tingkah laku anggota selanjutnya. Iklim ditentukan oleh seberapa baik
anggota diarahkan, dibangun, dihargai oleh organisasi. Hubungan iklim
organisasi dan efektifitas organisasi adanya hubungan suatu pendekatan tujuan
untuk menjelaskan efektifitas didasarkan suatu gagasan bahwa organisasi
diciptakan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Pendekatan
tujuan organisasi dibentuk dengan maksud mencapai tujuan yang sudah
direncanakan. Setiap organisasi yang ingin maju, akan melibatkan anggota untuk
meningkatkan mutu kinerjanya. Jadi setiap anggota organisasi harus mempunyai
komitmen untuk melaksanakan tujuan tersebut. Hubungan antar anggota organisasi
harus berjaln dengan baik, agar keefektifitasan kinerja bisa tercapai.
SUMBER
REFERENSI
: