KONSEP DASAR PERENCANAAN DALAM MANAJEMEN
Pengertian Perencanaan (Planning)
Robbins dan Coulter (2002) mendefinisikan
perencanaan
sebagai sebuah proses yang dimtdai dari penetapan tujuan organisasi,
menentukan strategi untuk pencapaian tujuan
organisasi tersebut secara menyeluruh, serta merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintegrasikan dan
mengoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi
hingga tercapainya tujuan organisasi. Planning is a process that involves defining the
organization's goals, establishing an overall strategy for achieving those goals,
and developing a comprehensive set of plans
to integrate and coordinate organizational work.
Hampir setiap orang
maupun organisasi memiliki perencanaan. Apakah perencana• an tersebut
menyangkut kepentingan kehidupan pribadinya, maupun yang terkait dengan
tujuan organisasi yang ingin dicapai.
Penulis mencoba melihat pengertian perencanaan
ini dari tiga hat, yaitu dari sisi proses, fungsi manajemen, dan pengambilan keputusan. Dari sisi proses, fungsi
perencanaan adalah proses dasar yang digunakan
untuk memilih tujuan dan menentukan
bagaimana tujuan tersebut akan dicapai. Dan sisi fungsi manajemen, perencanaan adalah fungsi di mana pimpinan
menggunakan pengaruh atas wewenangnya untuk menentukan atau mengubah
tujuan dan kegiatan organisasi. Dari sisi pengambilan keputusan, perencanaan merupakan pengambilan keputusan untuk jangka waktu yang
panjang atau yang akan datang -mengenai apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukannya,
bilamana dan siapa yang akan me' lakukannya, di mana keputusan yang diambil belum tentu sesuai, hingga implementasi perencanaan tersebut dibuktikan di kemudian hari.
Pada intinya,
perencanaan dibuat sebagai upaya untuk merumuskan apa yang sesungguhnya
ingin dicapai oleh sebuah organisasi atau perusahaan serta bagaimana sesuatu yang ingin dicapai tersebut dapat diwujudkan melalui serangkaian rumusan rencana kegiatan tertentu. Perencanaan yang
baik_adalah ketika apa yang dirumuskan ternyata dapat direalisasikan dan mencapai tujuan yang
diharapkan. Perercanaan yang buruk adalah ketika apa yang telah dirumuskan dan ditetapkan ternyata tidak berjalan
dalam implementasi, sehingga tujuan organisasi menjadi tidak terwujud. Terkait dengan hal tersebut di atas, George R.
Terry menyatakan bahwa untuk met1getahui apakah perencanaan itu baik atau tidak dapat
dijawab melalui pertanyaan-pertanyaan dasar
mengenai perencanaan, yaitu WHAT (Apa), WHY
(Mengapa), WHERE (dj rnana), WHEN (Kapan), WHO (siapa), dan HOW (Bagaimana). Pertanyaan seputar What terkait dengan
misalnya apa yang sesungguhnya yang menjadi
tujuan perusahaan dan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut. Pertanyaan seputar Why terkait dengan
pertanyaan seputar mengapa tujuan tersebut harus dicapai dan mengapa kegiatan yang terumuskan dalam jawaban atas pertanyaan What perlu
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Pertanyaan seputar Where adalah
mengenai di mana kegiatan tersebut
akan dilaksanakan. Pertanyaan seputar When adalah kapan kegiatan
tersebut akan dilaksanakan dan kapan
kegiatan tersebut harus dimulai dan diakhiri. Pertanyaan seputar Who terkait dengan siapa yang
akan melaksanakari-nya. Pertanyaan ini terkait
misalnya dengan kualifikasi orang yang
akan melakukannya dari sisi latar belakang personal dan keahliannya. Pertanyaan
terakhir, yaitu di seputar How terkait dengan
bagaimana cara yang harus
dilakukan untuk melakukan kegiatan tersebut.
FUNGSI DARI PERENCANAAN
Pengertian di atas membawa kita
kepada fungsi perencanaan dalam manajemen. Robbins dan Coulter (2002) menjelaskan bahwa paling tidak ada
empat futigsi dari perencanaan, yaitu
perencanaan berfungsi sebagai arahan, perencanaan memitlimalkan dampak dari
perubahan, perencanaan meminimalkan pemborosan dan kes{a_siaan, serta perencanaan menetapkan standar dalam
pengawasan kualitas.
Perencanaan sebagai Pengarah
Perencanaan akan
menghasilkan upaya untuk meraih sesuatu dengan cara yang lebih terkoordinasi. Perusahaan yang tidak
menjalankan perencanaan sangat mungkin untuk
mengalami konflik kepentingan, pemborosan sumber daya, dan ketidakberhasilan dalam pencapaian tujuan karena bagian-bagian dari
organisasi bekerja secara sendirisendiri
tanpa ada koordinasi yang jelas dan
terarah. Perencanaan dalamtl hal ini memegang
fungsi pengarahan dari apa yang harus
dicapai oleh organisasi.
Perencanaan sebagai Minimalisasi
Ketidakpastian
Pada dasarnya segala
sesuatu di dunia ini akan mengalami perubahan. Tidak ad, yang tidak berubah
kecuali perubahan itu sendiri. Perubahan sering kali sesuai dengan apa yang
kita perkirakan, akan tetapi tidak jarang
pula malah di luar perkiraan kita, sehingga
menimbulkan ketidakpastian bagi perusahaan. Ketidakpastian inilah yang coba diminimalkan melalui kegiatan perencanaan.
Dengan adanya perencanaan, diharapkan
ketidakpastian yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang dapat diantisipasi jauh-jauh hari.
Perencanaan
sebagai Minimalisasi Pemborosan Sumber Daya
Perencanaan juga
berfungsi sebagai minimalisasi pemborosan sumber daya organisasi yang digunakan. Jika perencanaan dilakukan
dengan baik, maka jumlah sumber daya yang
diperlukan, dengan cara bagaimana penggunaannya, dan untuk penggunaan apa
saja dengan lebih baik dipersiapkan sebelum kegiatan dijalankan. Dengan
demikian, pemborosan yang terkait dengan penggunaan sumber daya yang dimiliki
perusahaan akan bisa diminimalkan sehingga
tingkat efisiensi dari perusahaan menjadi meningkat,
Perencanaan sebagai Penetapan Standar dalam Pengawasan
Kualitas
Perencanaan berfungsi
sebagai penetapan standar kualitas yang harus dicapai oleh perusahaan dan diawasi pelaksanaannya dalam fungsi pengawasan manajemen. Dalam perencanaan, perusahaan menentukan tujuan dan
rencana-rencana untuk mencapai tujuan
tersebut. Dalam pengawasan, perusahaan membandingkan antara tujuan yang ingin
dicapai dengan realisasi di lapangan, membandingkan antara standar yang ingin
dicapai dengan realisasi di lapangan, mengevaluasi penyimpangan-penyimpangan
yang mungkin terjadi, hingga mengambil
tindakan yang dianggap perlu untuk
memperbaiki Kinerja perusahaan. Dengan pengertian tersebut, maka
perencanaan berfungsi sebagai penetapan
standar kualitas yang ingin dicapai
oleh perusahaan.
Persyaratan Perencanaan (Planning Requirements)
Perencanaan yang baik tentunya perlu dirumuskan.
Perencanaan yang baik paling tidak memiliki berbagai persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu faktual atau realistis,
logis dan rasional, fleksibel,
komitmen, dan komprehensif.
Faktual Atau Realistis. Perencanaan yang baik perlu memenuhi persyaratan
faktual atau realistis. Artinya, apa yang
dirumuskan oleh perusahaan sesuai dengan fakta dan wajar untuk dicapai dalam kondisi
tertentu yang dihadapi perusahaan.
Logis Dan Rasional. Perencanaan yang baik juga perlu untuk memenuhi syarat. Logis dan rasional.
Artinya, apa yang dirumuskan dapat diterima oleh akal, dan oleh sebab itu maka perencanaan tersebut bisa
dijalankan. Menyelesaikan sebuah bangunan bertingkat hanya dalam waktu
satu hari adalah sebuah perencanaan yang selain tidak realistis, sekaligus juga
tidak logis dan irasional jika dikerjakan dengan menggunakan sumber daya orang-orang yang terbatas dan
mengerjakan dengan pendekatan yang tradisional
tanpa bantuan alat-alat modern.
Fleksibel. Perencanaan yang baik juga tidak berarti kaku dan kurang fleks.ibel. Perencanaan
yang baik justru diharapkan tetap dapat beradaptasi dengan perubahan di masa yang akan datang, sekalipun tidak
berarti bahwa planning dapat kita ubah seenaknya.
Komitmen. Perencanaan yang baik
harus merupakan dan melahirkan komitmen terhadap
seluruh anggota organisasi untuk bersama-sama berupaya mewujudkan tujuan
organisasi. Komitmen dapat dibangun dalam sebuah perusahaan jika seluruh
anggota di perusahaan beranggapan bahwa perencanaan yang dirumuskan
telah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi.
Komprehensif. Perencanaan
yang baik juga harus memenuhi syarat komprehensif artinya menyeluruh dan mengakomodasi aspek-aspek yang terkait langsung maupun tak langsung
terhadap perusahaan: Perencanaan yang baik tidak hanya terkait dengan bagian yang harus kita jalankan, tetapi juga dengan mempertimbangkan koordinasi dan integrasi dengan bagian lain di perusahaan.
MELAKUKAN PERENCANAAN (PLANNING PROCESS)
Fungsi perencanaan
sering kali dinamakan sebagai fungsi utama dari kegiatan manajemen, karena
dalam perencanaan seluruh rangkaian aktivitas yang akan dilakukan,
mengapa melakukan, kapan, di mana dan bagaimana melakukannya disusun. Dapat dikatakan, jika tidak ada fungsi perencanaan,
manajer tidak akan pernah tahu apa
yang harus diorganisasikan, diarahkan dan dikontrol. Kalau begitu, bagaimana perencanaan dilakukan? Bagian ini akan menjelaskan mengenai hal ini.
Proses perencanaan melibatkan dua elemen penting, yaitu tujuan (goals) dan rencana (plan).
Empat Tahap Dasar
Perencanaan
Semua kegiatan
perencanaan pada dasarnya melalui empat tahap berikut ini :
1.
Tahap
1 : Menetapkan tujuan
atau serangkaian tujuan. Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang
keiriginan atau kebutuhan
organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber
daya sumber dayanya
secara tidak efektif.
2. Tahap 2: Merumuskan keadaan saat ini. Pemahaman akan posisi perusahaan
sekarang dari` tujuan yang hendak dicapai atau sumber daya-sumber
daya yang tersedia untuk pencapaian
tujuan, adalah sangat penting,
karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang. Hanya setelah keadaan perusahaan saat ini dianalisa, rencana dapat dirumuskan untuk menggambarkan
rencana kegiatan lebih lanjut. Tahap kedua ini memerlukan informasi
terutama keuangan dan data statistik yang didapatkan melalui komunikasi dalam organisasi.
3. Tahap 3: Mengidentifikasikan segala kemudahan dan hambatan. Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan
hambatan perlu diidentiiilcasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu
diketahui faktor-faktor lingkungan intern dan ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya, atau yang mungkin
menimbulkan masalah. WalauPun sulit dilakukan, antisipasi keadaan,
masalah, dan kesempatan ancaman yang mungkin
terjadi di waktu mendatang adalah
bagian esensi dari proses perencanaan.
4. Tahap 4 : Men.gembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaiun tujuan. Tahap terakhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai
alternatif kegiatan untuk pencapai an tujuan, penilaian alternatif-alternatif
tersebut dan pemilihan alternatif terbaik (paling memuaskan) di antara berbagai alternatif
yang ada.
Tujuan (Goals) dan Rencana (Plan) dalam Proses Perencanaan
Tujuan (goals) pada dasarnya adalah
hasil akhir yang diharapkan dapat diraih atau dicapai oleh individu, kelompok, atau seluruh
organisasi. Dalam pengertian bahasa Inggris, kadangkala dibedakan antara
objectives dan goals. Objectives acapkali diartikan sebagai tujuan dan goals
sering kali diartikan sebagai target. Bahkan lebih jauh kadangkala kedua istilah juga digantikan dengan istilah seperti purposes, aims,
destination, yang ketiganya
memiliki arti yang kurang lebih juga sama. Sering kali kedua istilah ini digunakan untuk
konteks yang sama namun
kadangkala juga berbeda. Kedua istilah tersebut dengan membedakannya hanya
dari segi waktu.
Rencana (plans) adalah segala
bentuk konsep dan dokumentasi yang menggambarkan bagaimana tujuan akan dicapai dan bagaimana
sumber daya perusahaan akan dialokasikan, penjadwalan dari proses
pencapaian tujuan, hingga segala hal yang terkait dengan pencapaian tujuan. Sebagai seorang manajer perencanaan, tujuan dan
rencana adalah sesuatu yang harus
dirumuskan olehnya.
Beberapa Jenis Tujuan (Types of Goals)
Secara
sederhana, kita dapat memahami bahwa setiap organisasi memiliki satu tujuan akhir. Misalnya, untuk organisasi bisnis atau perusahaan,
tujuan yang ingin dicapai adalah
maksimalisasi keuntungan (profit maximation). Untuk organisasi nonprofit semisal yayasan, tujuan yang ingin dicapai adalah pemenuhan akan kebutuhan sekelompok orang tertentu. Untuk yayasan panti
jompo misalnya, tujuan dapat berupa pemenuhan
segala kebutuhan para orang tua yang sudah
tidak lagi memiliki siapa, siapa yang sanggup mengurusnya.
Pada praktiknya, beberapa organisasi
ternyata tidak hanya memiliki satu tujuan. Ada perusahaan yang bertujuan selain untuk
maksimalisasi profit, juga perluasan pasar,
dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan pegawai perusahaan. Demikian juga
kasus yang sama dapat terjadi dengan
organisasi nonprofit. Dengan kenyataan ini,
kadangkala organisasi memiliki tujuan
yang banyak (muhiple goals). Sehingga dengan demikian, dari sisi jumlah tujuan yang ingin dicapai,
ada yang dinamakan tujuan tunggal (single goals) dan tujuan yang banyak (muhiple goals).
Dari sisi kejelasan, tujuan juga dapat
dibedakan menjadi tujuan yang dinyatakan (stated
goals) dan tujuan yang aktual dan nyata (real goals). Tujuan
yang dinyatakan (stated goals) adalah tujuan yang dinyatakan secara formal oleh sebuah organisa" kepada publik,
dan menjadi jaminan akan kejelasan perusahaan di mata publik. Sebagai contoh misalnya, "untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan". Dengan adanya pernyataan ini maka pelanggan akan dapat
mengevaluasi apakah dalam kenyataanya perusahaan berhasil meningkatkan kepuasan
pelanggan ataukah tidak. Adapun tujua yang
aktual dan nyata (real goals) adalah tujuan yang tidak dinyatakan pada publik akan
tetapi secara aktual dan nyata, berusaha dicapai oleh para anggota di dalai
sebuah organisasi. Sebagai contoh misalnya,
"meningkatkan insentif bagi karyawa yang berprestasi dalam kerjanya". Tujuan ini biasanya tidak
dinyatakan kepada publik akan tetapi
disampaikan kepada para anggota organisasi atau karyawan perusahaan Wujud dari upaya pencapaian tujuan ini jelas, para
karyawan akan berusaha untuk menunjukkan
prestasi dalam kerjanya karena ada tujuan yang ingin dicapai, yait insentif.
Bagaimana hubungan antara kedua tujuan ini? Kita dapat melihat kaitanny antara
dua contoh tujuan di atas. Jika karyawan berprestasi dalam kerjanya, maka di akan menampilkan Kinerja yang terbaik dalam
kegiatan perusahaan, termasuk pelayar an
kepada pelanggan. Akibatnya, pelanggan akan lebih terperhatikan dan terpuaskan.
Dari segi keluasan dan waktu
pencapaian, tujuan juga dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu tujuan strategis (strategic
goals), tujuan taktis (tactical goals), dan tujuan operasional (operational goals). Tujuan strategis adalah tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan
dalam jangka waktu yang relatif lama, biasanya antara 3 hingga tahun, atau juga lebih. Sebagai
contoh tujuan strategis adalah "untuk menjadi mark( leader dalam bisnis makanan siap saji". Pencapaian tujuan ini jelas tidak
dapat dicap2 dalam hitungan lian, akan
tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.
Tujuan
taktis adalah tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu
menengah relatif lebih singkat dari
tujuan strategis. Biasanya pencapaian tujuan ini antara hingga 3 tahun. Sebagai contoh dari tujuan
taktis ini misalnya, "meningkatkan pangsa
pasar sebesar 30 persen." Peningkatan pangsa pasar sebesar 30
persen jelas akan mem bantu perusahaan
tersebut untuk menjadikan market leader dalam jangka panjang Di sini
kita dapat melihat bahwa pencapaian tujuan strategis akan tercapai jika Tujuan taktis juga tercapai. Bagaimana peningkatan
pangsa pasar sebesar 30 persen bisa
dicapai Di sinilah jenis ketiga dari tujuan
dirumuskan, yaitu tujuan operasional. Tujuan operasional adalah tujuan
yang ingin dicapai dalam satu periode kegiatan perusahaan biasanya antara 6 bulan hingga 1 tahun. Tujuan
operasional ini, dalam evaluasinya terkait dengan masa pelaporar keuangan
perusahaan yang biasanya juga antara 6 bulan hingga 1 tahun.
BEBERAPA
ALAT BANTU BAGI
PERENCANAAN
Berbagai teoritisi manajemen telah
memperkenalkan beberapa pendekatan dalam melakukan
perencanaan, termasuk beberapa alat analisis atau model yang dapat digunakan
untuk melakukan perencanaan. Di antara beberapa alat manajemen guna melakukan
perencanaan di antaranya adalah Bagan Arus (Flow Chart), Bagan Gantt
(Gantt Chart), dan Jaringan PERT (PERT Network).
Perencanaan dengan
Flow Chart
Pada
dasarnya, pendekatan Flow
Chart lebih sering
digunakan bagi mereka yang mendalami teknik komputer, teknik, dan sistem informasi. Namun,
pendekatan ini juga sudah cukup
populer untuk digunakan dalam dunia manajemen. Flow Chart adalah model grafis yang menunjukkan model sistem yang menggambarkan kejadian yang berkesinambungan (sequencial) dan keputusan ya-tidak. Berkesinambungan pada dasarnya adalah
proses pengaturan kejadian-kejadian berdasarkan urutan kronologisnya. Misalnya, membaca buku dapat dilakukan setelah
kita membeli buku. Maka dalam model Flow Chart, membaca buku dilezakkan setelah membeli buku.
Gambar 4.1. Flow Chart
pembelian buku
|
Flow
Chart tersebut
menggambarkan proses rencana membaca buku yang dapat dipilih antara meminjam buku atau
melakukan pembelian buku terlebih dahulu. Melalui bagan ini, dengan mudah kita bisa mengamati kejadian-kejadian yang
berkesinambungan dari saat kita memulai pekerjaan atau rencana
hingga rencana terealisasi. Pada praktiknya, bagan ini dapat
dikembangkan lebih lanjut ataupun juga disederhanakan, tergantung kepada jenis dan jumlah kegiatan yang akan dilakukan.
Bagi yang akan mendalami Sistem Informasi Manajemen, maka pendekatan Flow Chart ini akan lebih diperdalam lagi
dalam teori tersebut.
|
Penjadwalan Melalui Gantt Chart
Alat bantu perencanaan
yang kedua adalah apa yang dinamakan dengan penjadwalan dengan Gantt Chart (Bagan Gantt). Penjadwalan adalah salah satu bagian penting dalam perencanaan. Ketika kegiatan
organisasi begitu banyak dan berkesinambungan
satu dengan lainnya, Gantt Chart pada
dasarnya membantu manajer untuk dapat mengaturnya melalui proses
penjadwalan. Sehingga secara sederhana Gantt
Chart adalah teknik penjadwalan
secara grafis atas berbagai rencana kegiatan. Gantt Chart pertama kali
diperkenalkan oleh Hemy L. Gantt, salah seorang rekan kerja dari Frederich Winslow Taylor yang juga bekerja di
Perusahaan Midvale Steel pada tahun 1887. Perkembangan berikutnya
menunjukkan bahwa Gantt Chart telah banyak dipergunakan secara populer baik oleh para
praktisi manajemen maupun berbagai
organisasi lainnya.
Gambar 4.2. Contoh Gantt Chart
|
Sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar diatas,
berbagai kegiatan yang saling berkesinambungan dapat dijadwalkan sehingga para
pelaksana kegiatan akan dengan lebih
mudah mengikuti perkembangan dari setiap pekerjaan yang tengah dilakukan. Misalnya, proses pembelian bahan baku adalah pada saat minggu pertama
dan kedua dari bulan pertama, maka bagian produksi, khususnya di bagian
pembelanjaan, dapat merencanakan sebelumnya apa yang harus dipersiapkan
untuk kegiatan tersebut dari mulai
menentukan bahan baku apa saja yang akan
dibeli, dalam jumlah berapa, harga berapa,
dan seterusnya. Demikian pula bagi bagian proses produksi, bagian tersebut dapat menjadwalkan sejak kapan proses produksi
berawal dan berakhir dan seterusnya sebagaimana diterangkan dalam gambar
tersebut.
Sebagai kesimpulan, Gantt Chart memudahkan para
pelaksana kegiatan untuk merencanakan segala bentuk kegiatan yang akan dilakukan. Namun di sisi lain, alat bantu ini memiliki keterbatasan, di antaranya
adalah keterbatasan dalam menjadwalkan berbagai kegiatan yang sifatnya
sangat detail dan kompleks. Jenis kegiatan yang
sangat kompleks dan cenderung tidak
berkelanjutan lebih sulit untuk dijadwalkan melalui Gantt Chart.
Perencanaan dengan
Jaringan PERT (PERT Network)
Keterbatasan dari
Bagan Gantt pada giliran berikutnya dikembangkan dan dikoreksi oleh alat bantu
perencanaan lainnya. Di antara alat bantu tersebut adalah apa yang dikenal sebagai jaringan PERT atau lebih
dikenal dengan PERT Network. PERT adalah singkatan dari Program Evaluation and Review Technique. PERT
merupakan alat bantu perencanaan melalui
penjadwalan dan penggambaran rencana kerja secara kronologis dan berkelanjutan bagi pekerjaan yang sifatnya tidak rutin, berskala besar '
inaupun kompl.eks.
Ada 4 konsep yang harus dipahami dalam PERT Keempat konsep tersebut adalah Event, Activity,
Time, dan Critical Path.
- Event atau kejadian adalah indikator dari performa pekerjaan baik sebelum maupun scsudah pekerjaan dilakukan sekaligus juga menunjukkan apakah suatu pekerjaan lain dapat dilakukan atau sebaliknya berdasarkan indikator ini. Sebagai contoh dari event misalnya, "bagian produksi menerima bahan baku". Kejadian ini menjadi indikator bagi pengerjaan bagian produksi untuk memulai kegiatan produksi karena bahan bakunya telah diterima.
- Activity atau kegiatan adalah bagian dari berbagai pekerjaan yang sedang dalam pengerjaan dari keseluruhan pekerjaan yang berkesinambungan. Kegiatan diawali dan diakhiri oleh kejadian atau event. Contoh kegiatan misalnya, "pembuatan sepatu", "pemberian label pada sepatu yang telah jadi", dan seterusnya.
- Time atau waktu menunjukkan perki.raan masa pengerjaan dari keseluruhan kegiatan sebagaimana diatur dalamn jaringan PERT. PERT Time atau masa pengerjaan berdasarkan PERT adalah rata-rata dari tiga komponen waktu berdasarkan kerangka PERT Ketiga komponen waktu tersebut adalah: (1) optimistic time (To) - masa yang diperlukan ketika pelaksanaan pekerjaan dilakukan dalam kondisi terbaik; (2) most likely time (Tm) - masa yang diperlukan ketika pelaksanaan pekerjaan dilakukan alam kondisi normal; dan (3) pessimistic time (Tp) - masa yang diperlukan ketika pelaksanaan pekerjaan dilakukan dalam kondisi yang tidak normal atau darurat. Rumus untuk menghitung rata-rata dari masa pengerjaan berdasarkan PERT (PERT Time) adalah:
Te = To + 4Tm + TP
6
Sebagai
contoh misalnya pengerjaan kegiatan penyediaan bahan baku. Dalam
kondisi terbaik, di mana seluruh faktor pendukung terpenuhi dari mulai pemasok, harga yang cocok, stok barang ada, dan regulasi yang diberlakukan sesuai dengan rencana perusahaan, maka waktu pengerjaan penyediaan bahan baku diperkirakan dapat diselesaikan dalamn waktu 3 hari (To = 3). Kemudian dalam kondisi normal, misalnya saja supplier ada, harga masih perlu dmegosiasikan, stok barang ada, dan beberapa regulasi perlu di.tempuh dalam kondisi yang umum, maka pengerjaan penyediaan bahan baku diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu 6 hari sehingga Tm = 6 hari. Dalam kondisi pesimis, ketika pemasok barang masih perlu dicari, harga dan stok barang masih perlu dipastikan, kemudian regulasi cenderung menyulitkan perusahaan, maka penyediaan bahan baku diperkirakan dapat selesai dalam waktu 12 hari sehingga Tp = 12 hari. Dengan menggunakan rumus di atas, maka perkiraan waktu penyelesaian untuk penyediaan bahan baku adalah 6,5 hari yang rinciannya adalah sebagai berikut:
kondisi terbaik, di mana seluruh faktor pendukung terpenuhi dari mulai pemasok, harga yang cocok, stok barang ada, dan regulasi yang diberlakukan sesuai dengan rencana perusahaan, maka waktu pengerjaan penyediaan bahan baku diperkirakan dapat diselesaikan dalamn waktu 3 hari (To = 3). Kemudian dalam kondisi normal, misalnya saja supplier ada, harga masih perlu dmegosiasikan, stok barang ada, dan beberapa regulasi perlu di.tempuh dalam kondisi yang umum, maka pengerjaan penyediaan bahan baku diperkirakan dapat diselesaikan dalam waktu 6 hari sehingga Tm = 6 hari. Dalam kondisi pesimis, ketika pemasok barang masih perlu dicari, harga dan stok barang masih perlu dipastikan, kemudian regulasi cenderung menyulitkan perusahaan, maka penyediaan bahan baku diperkirakan dapat selesai dalam waktu 12 hari sehingga Tp = 12 hari. Dengan menggunakan rumus di atas, maka perkiraan waktu penyelesaian untuk penyediaan bahan baku adalah 6,5 hari yang rinciannya adalah sebagai berikut:
Te = To+4Tm+Tp = 3+4(6)+12
6
6 = 6,5 hari
- Critical Path atau indikator kritis menunjukkan waktu kritis bagi pengerjaan kegiatan dalam kerangka path yang dapat diterima. Waktu kritis menunjukkan batas toleransi akan suatu pekerjaan yang dilaksanakan. Ketika waktu kritis ini terlewati atau waktu pengerjaan lebih lama, maka hal ini juga akan berdampak kepada terhambatnya pengerjaan kegiatan yang lain sehingga waktu pengerjaan secara keseluruhan dapat terlambat.
Secara sederhana sebenarnya PERT dapat dikatakan
sebagai gabungan dari pendekatan Flow. Chart dan Gantt Chart. Hal ini dapat dilihat
contohnya pada Gambar dibawah. Terlihat dari gambar tersebut, ketika anak panah
menunjukkan pengerjaan dari Kejadian (event) 1 ke Kegiatan (activity) 1 dan seterusnya, bentuk arah
pengerjaan ini mirip dengan model Flow Chart karena berdasarkan gambar•tersebut,
misalnya Kegiatan 1 tidak dapat dilakukan sebelum Kejadian 1 terpenuhi dan seterusnya. Demikian pula dengan memasukkan faktor waktu
pengerjaan (Te) di dalam model jaringan PERT menunjukkan bahwa setiap pengerjaan kegiatan perlu
diberikan alokasi waktu sehingga penyelesaian
pekerjaan dapat selalu diperkirakan. Hal ini juga merupakan faktor yang ditekankan dalam model Gantt Chart sebagaimana diuraikan pada Gambar.
Sekalipun Jaringan PERT memberikan kerangka
pengerjaan yang lebih jelas, namun tetap
memiliki beberapa keterbatasan. Di antara keterbatasannya adalah jika misalnya dalam
praktiknya, beberapa kejadian (events)
yang merupakan prasyarat bagi pengerjaan kegiatan ternyata harus dilakukan
secara bersamaan. Di sisi lain, jaringan
PERT kurang memberikan fleksibilitas
jika misalnya terdapat kejadian-kejadian yang di luar perkiraan yang telah diasumsikan.
Secara keseluruhan
berbagai jenis model alat bantu perencanaan yang diterangkan di atas telah banyak membantu kegiatan
organisasi, terutama yang terkait dengan perencanaan dalam manajemen organisasi. Pada
praktiknya, penggunaan model alat bantu tersebut tentunya perlu disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi oleh berbagai jenis organisasi.
|
Gambar. 4.3 Jaringan Pert pembangunan
jalan
|