"Organisasi"
mempunyai dua pengertian umum. Pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau kelompok
fungsional, seperti organisasi perusahaan, rumah sakit, perwakilan pemerintah
atau suatu
perkumpulan olahraga. Pengertian kedua berkenaan dengan proses
pengorganisasian, sebagai suatu cara dalam mana kegiatan organisasi di
alokasikan dan ditugaskan di antara para anggotanya agar tujuan organisasi
dapat tercapai dengan efisien. Dalam bab ini akan dibahas bermacam-macam aspek
proses pengorganisasian.
Pengorganisasian (organizing) merupakan proses
penyusunan struktur
organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber dayasumber daya yang dimilikinya, dan
lingkungan yang melingkupinya. Dua aspek utama proses penyusunan struktur
organisasi adalah dePartementalisasi
dan pembagian kerja. Departementalisasi merupakan pengelompokan
kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan-kegiatFin
yang sejenis dan saling berhubungan
dapat dikerjakan bersama. Hal
ini akan tercermin pada struktur formal suatu
organisasi, dan tampak atau ditunjukkan oleh suatu bagan organisasi. Pembagian kerja adalah pemerincian tugas pekerjaan agar setiap individu dalam
organisasi bertanggung jawab untuk dap melaksanakan sekumpulan kegiatan yang terbatas.
PENGERTIAN
PENGORGANISASIAN
Istilah pengorganisasian mempunyai bermacam-macam. pengertian.
Istilah tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut ini
- Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif sumber daya-sumber daya keuangan, phisik, bahan baku, dan tenaga kerja organisasi.
- Bagaimana organisasi mengelompokkan kegiatan-kegiatannya, di mana setiap pengelompokan diikuti dengan penugasan seorang manajer yang diberi wewenang untuk mengawasi anggota-anggota kelompok.
- Hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, jabatan jabatan, tugas-tugas dan para karyawan.
- Cara dalam mana para manajer membagi lebih lanjut tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam departemen mereka dan mendelegasikan wewenang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Pengorganisasian merupakan suatu proses
untuk merancang struktur formal, mengelompokkan
dan mengatur serta membagi tugas-tugas
atau pekerjaan di antara para anggota organisasi, agar tuuan
organisasi dapat dicapai dengan efisien. Proses pengorganisasi dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur
berikut ini :
- Pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi.
- Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logik dapat dilaksanakan oleh satu orang. Pembagian kerja sebaiknya tidak terlalu berat sehingga tidak dapat diselesaikan, atau terlalu ringan sehingga ada waktu menganggur, tidak efisien dan terjadi biaya yang tidak perlu.
- Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis. Mekanisme pengkoordinasian ini akan membuat para anggota organisasi menjaga perhatiannya pada tujuan organisasi dan mengurangi ketidak-eEisienan dan konflik-konflik yang merusak.
Pelaksanaan proses
pengorganisasian yang sukses, akan membuat suatu organisasi dapat
mencapai tujuannya. Proses ini akan tercermin pada struktur organisasi, yang mencakup aspek-aspek penting organisasi
dan proses pengorganisasian, yaitu :
1)
pembagian
kerja,
2)
departementalisasi (atau sering disebut dengan istilah iepartementasi),
3)
bagan organisasi formal,
4)
rantai
perintah dan kesatuan perintah,
5)
tingkat-tingkat hirarki manajemen,
6)
saluran komunikasi,
7)
penggunaan
komite,
8)
rentang manajemen dan kelompok-kelompok informal yang tak dapat dihindarkan.
STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi
(disain organisasi) dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan
mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan
susunan perwujudan pola tetap
hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau
posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang
berbeda-Deda dalam suatu organisasi. Struktur
ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standardisasi,
koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja.
Adapun faktor-faktor
utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah sebagai berikut
1.
Strategi
organisasi untuk mencapai tujuannya. Chandler
2) telah menjelaskan hubungan strategi
dan struktur organisasi dalam studinya pada perusahaan-perusahaan industri
di Amerika.
2.
Dia pada dasarnya menyimpulkan bahwa "struktur
mengikuti strategi".
Strategi akan menjelaskan bagaimana aliran wewenang dan saluran komunikasi dapat
disusun di antara para manajer dan bawahan. Aliran kerja sangat dipengaruhi strategi,
sehingga
bila strategi berubah maka struktur organisasi juga berubah.
3. Teknologi yang digunakan. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk
memproduksi barang barang atau jasa akan membedakan bentuk struktur organisasi. Sebagai contoh,
perusahaan mobil yang mempergunakan
teknologi industri masal akan memerlu= kan tingkat standardisasi dan spesialisasi yang
lebih tinggi dibanding perusahaan industri pakaian jadi yang mengutamakan perubahan mode.
4.
Anggota (karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi. Kemampuan dan
cara berpikir para anggota, serta kebutuhan mereka untuk bekerjasama
harus diperhatikan dalam merancang struktur organisasi. Kebutuhan manajer dalam pembuatan keputusan juga
akan mempengaruhi saluran komunikasi, wewenang dan hubungan di antara
satuan-satuan kerja pada rancangan struktur organisasi. Di samping itu, orang-orang
di luar
organisasi, seperti pelanggan, supplier,
dan sebagainya perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur.
5.
Ukuran organisasi. Besarnya organisasi secara
keseluruhan maupun satuan-satuan kerjanya akan sangat mempengaruhi struktur organisasi. Semakin
besar ukuran organisasi, struktur organisasi akan semakin kompleks, dan harus
dipilih bentuk struktur yang tepat.
Sedangkan unsur-unsur
struktur organisasi terdiri dari :
1.
Spesialisasi kegiatan berkenaan dengan spesifikasi tugas-tugas individual dan kelompok kerja dalam organisasi
(pembagian kerja) dan penyatuan tugas-tugas tersebut menjadi satuan-satuan kerja (departementalisasi).
2.
Standardisasi kegiatan, merupakan prosedur-prosedui yang digunakan organisasi untuk menjamin"
terlaksananya kegiatan seperti yang
direncanakan.
3.
Koordinasi kegiatan, menunjukkan prosedur-prosedur
yang mengintegrasikan
fungsi-fungsi satuan-satuan kerja dalam organisasi.
4.
Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusapt, yang me
nunjukkan lokasi (letak) kekuasaan pembuatan keputusan.
nunjukkan lokasi (letak) kekuasaan pembuatan keputusan.
5. Ukuran satuan kerja menunjukkan jumlah
karyawan dalam suatu kelompok kerja. 3 )
PEMBAGIAN KERJA
Tujuan suatu organisasi
adalah untuk mencapai tujuan di mana individu-individu tidak dapat mencapainya sendiri. Kelompok dua atau lebih orang yang bekerja bersama
secara kooperatif dan dikoordinasikan dapat
mencapai basil lebih daripada dilakukan
perseorangan. Konsep ini disebut synergy. Tiang dasar pengorganisisian
adalah prinsip pembagian kerja (division of labor)
yang memurigkinkan synergy terjadi.
Sebagai contoh,
pembagian kerja dalam team
sepak bola : di mana ada manajer tim,
kepala pelatih, asisten pelatih, dokter tim, penjaga gawang, dan pemain lainnya. Pembagian kerja ini efektif karena bila hanya omponen kecil dari pekerjaan yang
dilaksanakan, kualifikasi personalia yang rendah
digunakan, dan latihan jabatan lebih
mudah. Gerakan-gerakan dan perpindahan yang percuma dari komponen pekerjaan
yang besar diminimumkan. Lebih dari
itu, pembagian kerja mengarahkan
penanaman pada peralatan dan mesin-mesin
yang efisien untuk meningkatkan
produktivitas. Namun demikian,
beberapa penulis telah menunjukkan adanya konsekuensi-konsekuensi pada perilaku karyawan sehubungan dengan pembagian kerja, bila hal itu dilaksanakan
secara ekstrim. Ini dapat menimbulkan kebosanan, keletihan, monoton dan
kehilangan motivasi yang dapat menghasilkan ketidak efisienan dan bukan efisiensi.
BAGAN ORGANISASI FORMAL
Struktur organisasi
adalah terlalu kompleks untuk disajikan secara verbal. Manajer
perlu menggambarkan bagan organisasi (organization chart) untuk
menunjukkan struktur organisasi. Bagan organisasi memperlihatkan
susunan fungsi-fungsi, departemen-departemen, atau
posisi-posisi organisasi dan menunjukkan bagaimana hubungan di antaranya. Satuan-satuan organisasi yang
terpisah biasanya digambarkan dalam kotak-kotak, di mana dihubungkan satu
dengan yang lain dengan garis
yang menunjukkan rantai perintah dan jalur
komunikasi formal.
Bagan organisasi
menggambarkan lima aspek utama suatu
sturktur organisasi, yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1.
Pembagian kerja. Setiap kotak menunjukkan individu
atau satuan
organisasi mana yang bertanggung jawab untuk kegiatan organisasi tertentu, dan tingkat spesialisasi yang
digunakan.
2. Manajer dan bawahan atau rantai perintah. Rantai perintah menunjukkan hubungan
wewenang-tanggung jawab yang menghubungkan
atasan dan bawahan dalam keseluruhan organisasi. Aliran ini dimulai dari
jenjang organisasi yang tertinggi sampai karyawan terendah dala.m organisasi,
seperti terlihat pada gambar 8.1. Oleh karena itu, setiap anggota organisasi
mempunyai suatu kaitan dengan manajer-
puncak organisasi. Dalam hal ini prinsip kesatuan
perintah harus jelas, di mana setiap karyawan menerima tugas dan pelimpahan wewenang hanya dari seorang
manajer dan melaporkan pertanggung jawaban juga hanya kepada seorang manajer.
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan. Label dan deskripsi pada tiap kotak menunjukkan pekerjaan
organisasional atau Ndang
tanggung jawab yang berbeda.
4.
Pengelompokan segmen-segmen pekerjaan. Keseluruhan bagan menunjukkan atas dasar
apa kegiatan-kegiatan organisasi dibagi dasar fungsional atau divisional, atau lainnya (departementalisasi).
5. Tingkatan manajemen. Suatu bagan tidak hanya menunjukkan manajer
dan bawahan tetapi juga keseluruhan hirarki manajemen.
Seberapa
luas tingkat spesialisasi kerja dalam organisasi dapat di perkirakan dengan membaca
label-label yang menunjukkan pekerjaan-pekerjaan yang berbeda dan bagaimana tugas-tugas dikelompok, kan. Garis menunjukkan rantai perintah yang merupakan aspek kunci koordinasi dalam
setiap organisasi. Bagan juga dapat menunjukkan besarnya (size) dari organisasi, tetapi tanpa informasi tambahan
akan menimbulkan gambaran yang tidak jelas.
Keuntungan
dan kelemahan bagan organisasi telah menjadi subyek perdebatan cukup lama di antara para penulis manajemen. Salah satu keuntungannya
adalah bahwa karyawan dan lain-lain diberi gambaran bagaimana organisasi disusun. Manajer, bawahan dan tang_ gung
jawab digambarkan dengan jelas. Bila seseorang dibutuhkan untuk menangani suatu masalah khusus, bagan
menunjukkan tempat di mana orang itu dapat ditemukan. Proses pembuatan
bagan juga memungkinkan manajer mengetahui
dengan tepat kelemahan-kelemahan organisasi, seperti sumber-sumber
potensial terjadinya konflik atau bidang-bidang di mana duplikasi yang
tidak diperlukan terjadi.
Kelemahan
atau kekurangan utama bagan adalah masih banyak hal-hal yang tidak jelas atau tidak ditunjukkan. Bagan, sebagai
contoh, tidak menunjukkan seberapa
besar tingkat wewenang dan tanggung jawab setiap tingkatan manajerial. Bagan
juga tidak menunjukkan
hubungan-hubungan informal dan saluran
komunikasi, di mana organisasi tidak
dapat berfungsi secara efisien tanpa hal-hal itu.
Bentuk-bentuk Bagan Organisasi
Hemy G. Hodges mengemukakan empat bentuk bagan organisasi, yaitu
1.
Bentuk
piramid. Bentuk ini yang paling banyak digunakan, karena sederhana, jelas dan mudah dimengerti.
2.
Bentuk
vertikal. Bentuk vertikal agak menyerupai bentuk piramid, yaitu dalam hal pelimpahan kekuasaan dari atas
"_ bawah, hanya bagan vertikal
berwujud tegak sepenuhnya. men
3.
Bentuk
horizontal. digambarkan dariakiri Aliran ke kanan. jsatu Bentuk lingkaran. Bagan ini menekankan pada hubungan antara abatan dengan jabatan lain. Bagan bentuk lingkaran jarang sekali digunakan
dalam praktek.
DEPARTEMENTALISASI
Departementalisasi sebagaimana telah diterangkan
di muka, merupakan proses penentuan bagian-bagian dalam organisasi yang akan bertanggung jawab dalam melakukan bermacam jenis pekerjaan yang telah
dikategorikan berdasarkan faktor-faktor tertentu. Dalam mendesain organisasi, khususnya dalam proses
departementalisasi sebagaimana
diuraikan di muka, ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan oleh organisasi, yaitu pendekatan berdasarkan fungsional, berdasarkan produk, berdasarkan Pelanggan, berdasarkan geografis,
dan berdasarkan matriks.
Pendekatan Fungsional
Penentuan sub-subbagian
dari organisasi atau proses departementalisasi yang pertama
adalah berdasarkan fungsi (functional departmentalization). Berdasarkan pendekatan ini, proses departementalisasi dilakukan
berdasarkan fungsi-fungsi tertentu yang mesti dijalankan dalam sebuah organisasi.
Dalam sebuah organisasi bisnis misalnya, ada
pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan fungsi produksi, ada
peketjaan-pekerjaan yang terkait
dengan pelanggan atau pasar, sehingga dinamakan dengan fungsi pemasar• an, dan
lain sebagainya. Pada Gambar 8.6 ditunjukkan
contoh sebuah desain organisasi melalui
departementalisasi yang dibentuk berdasarkan pendekatan fungsional.
Seperti yang ditunjukkan oleh garis terputus-putus dalam
Gambar di atas, setiap bagian dalam
struktur organisasi dibentuk untuk menjalankan berbagai fungsi yang terkait dengan kegiatan bisnis perusahaan PT ABC. Bagian
Keuangan, Produksi, Pemasaran, dan SDM
memiliki fungsi yang khas dalam setiap pekerjaan bisnisnya. Dan,
setiap bagian tersebut secara lebili rinci diturunkan menjadi subbagian promosi
dan penjualan (bagian Pemasaran), produksi
dan pergudangan (bagian Produksi), serta rekrutmen dan seleksi dan pelatihan dan pengembangan (bagian SDM).
Pendekatan Produk
Pendekatan kedua dalam
departementalisasi adalah berdasarkan produk atau product
departmentalization. Berdasarkan pendekatan ini,
penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan
berdasarkan jenis produk yang dibuat
oleh organisasi. Sebagai contoh, PT ABC memiliki beberapa jenis produk dari mulai produk susu, sabun mandi, pasta
gigi, hingga mi instan, maka di bawah bagian
produksi dapat juga dibuat subbagian.
Bagian-bagian produk susu, sabun mandi, pasta
gigi, dan mi instan, seperti ditunjukkan
dalam Gambar melalui garis putus-putus, merupakan contoh departementalisasi
berdasarkan produk. Pada
pelaksanaannya, departementalisasi berdasarkan produk ini tidak selalu harus berada di bawah bagian tertentu dalam struktur
organisasi tertentu, akan tetapi juga dapat
dibuat tersendiri dalam suatu organisasi. Seperti misalnya ditunjukkan dalam Gambar
dibawah.
Pada Gambar diatas tersebut jelas bahwa bagian-bagian fungsional seperti
Pemasaran, Produksi, Keuangan, dan SDM tidak selalu harus berada
di atas subbagian berdasarkan produk, akan tetapi juga dapat
menjadi subbagian dari departemen berdasarkan produk.
Pendekatan Pelanggan
Pendekatan ketiga dalam
departementalisasi adalah berdasarkan pelanggan atau customer departmentalization. Berdasarkan pendekatan ini,
penentuan bagian-bagian dalam organisasi ditentukan
berdasarkan karakteristik pelanggan yang menjadi sasaran pelanggan dari organisasi. Sebagai contoh, jika produk sabun mandi dari PT ABC di atas ternyata tidak hanya satu,
tetapi ada saburi mandi untuk bayi, anak, remaja, dan dewasa,
maka bentuk desain organisasi dapat dibuat sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar berikut ini.
Pendekatan Geografis
Pendekatan keempat dalam departementalisasi adalah berdasarkan faktor
geografis. Berdasarkan pendekatan ini, penentuan bagian-bagian
dalam organisasi ditentukan berdasarkan wilayah geografis di
mana organisasi beroperasi. Jika PT ABC memiliki daerah penjualan di empat daerah, misalnya Jakarta, Bandung, Makassar,, dan
Medan, maka desain organisasi yang dapat
dibentuk adalah sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar
berikut:
Berdasarkan Gambar di atas, tampak bahwa wilayah
penjualan dari PT ABC mencakup empat daerah
sebagaimana disebutkan di atas. Agar penjualan lebih dapat terkonsentrasi dan disebabkan karakteristik pelanggan dan lingkungan di
wilayah geografis berbeda-beda, maka departementalisasi berdasarkan geografis bisa
dilakukan. Pendekatan ini tidak saja
dilakukan untuk menentukan bagian atau departemen di bawah bagian penjualan, tetapi juga dapat dilakukan
dalam berbagai jenis organisasi lainnya. Organisasi yang memiliki berbagai
cabang di berbagai daerah biasanya melakukan desain organisasi berdasarkan pendekatan ini. Perusahaan perbankan
juga termasuk ke dalam organisasi yang
melakukan departementalisasi
berdasarkan geografis dikarenakan
perusahaan perbankan mengandalkan kantor-kantor cabangnya dalam meraih pangsa pasarnya.
Pendekatan Matriks
Pendekatan
departementalisasi terakhir yang diperkenalkan dalam buku ini adalah pendekatan matriks.
Pendekatan ini pada dasarnya merupakan proses departementalisasi yang menggabungkan
antara pendekatan fungsional dengan pendekatan lain, misalnya berdasarkan proyek tertentu, produk tertentu,
ataupun berdasarkan pendekatan lainnya. Setiap
pekerja yang berada di bawah departemen tertentu dalam
kenyataannya juga merupakan bagian
dari sebuah proyek tertentu atau bagian pekerjaan yang lain dari perusahaan. Jika kita kembali menggunakan contoh PT ABC tersebut
di atas, dan melakukan penyesuaian
desain organisasinya menjadi bentuk matriks, maka desain organisasi yang dapat dibuat adalah seperti
ditunjukkan dalam Gambar dibawah berikut ini.
Berdasarkan Gambar diketahui bahwa PT ABC memiliki struktur
organisasi fungsional di mana di dalamnya terdapat dari mulai bagian
Keuangan, Pemasaran, SDM, serta Riset dan
Pengembangan. Masing-masing bagian tersebut dikepalai oleh seorang manajer. Selain keempat fungsi tersebut, ada juga fungsi profit dari PT ABC yaitu yang terkait dengan bisnis yang dijalankan PT ABC untuk memperoleh profit yang terdiri dari produk susu, sabun
mandi, pasta gigi, dan mi instan. Masing-masing profit project ini memiliki pengaturan keuangan tertentu; SDM tertentu yang dipekerjakan, Pemasaran tertentu, dan juga Riser serta Pengembangan tertentu. Setiap pekerjaan ini
mensyaratkan adanya tenaga kerja yang dipekerjakan.
Berdasarkan pendekatan matriks, tenaga kerja selain
misalnya ditugaskan di bawah sebuah departemen tertentu seperti Pemasaran, SDM,
dan lain sebagainya, juga merupakan bagian dari kegiatan peraihan profit atau profit project.
Irisan kedua bagian ini digambarkan melalui
lingkaran atau bentuk lonjong sebagaimana
ditunjukkan oleh Gambar 8.11. Berdasarkan pendekatan ini tenaga kerja tidak saja bertanggung jawab dan berkoordinasi kepada
atasan fungsionalnya saja, tetapi juga
kepada pimpinan proyek di mana tenaga tersebut terlibat.
Pendekatan Mana yang Lebih Baik?
Setiap pendekatan tentunya
memiliki berbagai kelebihan sekaligus keterbatasannya.
Pendekatan fungsional misalnya, memberikan kemudahan bagi organisasi untuk membagi-bagi pekerjaan berdasarkan fungsi-fungsi yang harus dilakukan dalam organisasi bisnis. Namun di sisi lain,
pendekatan fungsional agak menyulitkan organisasi ketika misalnya terdapat perbedaan kepentingan antarbagian yang berbeda. Bagian Pemasaran yang bermaksud untuk
menaikkan biaya promosi misalnya dapat konflik dengan bagian Keuangan, atau juga dengan bagian SDM yang menerima tuntutan pegawai untuk kenaikan
gaji. Kelemahan dari pendekatan fungsional ini bisa diselesaikan dengan
pendekatan produk misalnya. Di setiap produk misalnya terdapat berbagai subbagian fungsional seperti Pemasaran, Produksi,
dan lain-lain yang dengan demikian konflik antarbagian dapat dihindari. Namun,
pendekatan ini juga belum tentu sesuai ketika misalnya organisasi
memiliki cabang-cabang di berbagai daerah, atau organisasi tersebut bukan berupa organisasi bisnis. Bagi
organisasi nonprofit misalnya,
pendekatan berdasarkan produk belum
tentu cocok, dan cenderung justru tidak efektif.
Sebagai kesimpulan setiap
pendekatan memiliki keterbatasan sekaligus kelebihannya. Oleh karena itu
penggunaannya juga sangat situasional dengan berbagai faktor yang dimiliki dan
dihadapi oleh organisasi.
STRUKTUR ORGANISASI FORMAL DAN INFORMAL
Apa yang telah dibicarakan dalam bab ini
adalah bagaimana organisasi melakukan proses pengorganisasian yang diawali dengan penyusunan desain organisasi
berdasarkan berbagai faktor yang
dimiliki dan dihadapi oleh organisasi. Struktur organisasi yang dihasilkan melalui keseluruhan proses tersebut kerap
dikenal sebagai struktur organisasi formal. Struktur
organisasi formal inilah yang dijadikan panduan bagi seluruh
anggota organisasi untuk melakukan berbagai hal dalam upaya
pencapaian tujuan. Dalam kenyataannya, beberapa bagian atau
para pekerja sering kali mengelompokkan diri tidak hanya berdasarkan fungsi yang harus dilaksanakannya sesuai dengan struktur organisasi yang telah dibuat, akan tetapi
juga dapat mengelompokkan diri berdasarkan kesamaan
tuntutan, hobi, dan lain sebagainya. Kelompok-kelompok pekerja ini
sering kali dinamakan dengan organisasi informal. Seorang manajer yang baik akan tetap memerhatikan dan mengakomodasi berbagai karakteristik pekerjanya termasuk
dengan adanya fenomena organisasi informal tersebut. Dalam kondisi tertentu, organisasi informal
tersebut dapat membantu manajer dalam mencapai tujuan organisasi. Namun, jika
tuntutan organisasi informal ternyata tidak diakomodasi dengan baik, organisasi
informal ini akan menyebabkan konflik internal yang akan menghambat pencapaian tujuan organisasi.
Sumber
Sumber