Banyak contoh yang
dapat kita lihat sebagai bukti bahwa orang-orang dahulu telah menerapkan
manajemen dalam kehidupannya. Alexander The Great telah menerapkan konsep staf organisasi dalam
melakukan kampanye militernya. Menara Pissa di Italia, Candi Borobudur di
Indonesia, hingga berbagai bukti sejarah lainnya yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Kesemua bukti tersebut menunjukkan bahwa sesungguhnya manajemen bukan merupakan ilmu baru, bahkan dalam konsep yang paling tradisional
sekalipun, telah dikenal dan dijalankan oleh
orang-orang terdahulu.
Terdapat tiga aliran pemikiran
manajemen yang ada : aliran
klasik (yang akan dibagi menjadi dua aliran, manajemen
ilmiah dan teori organisasi
klasik), aliran hubungan manusiawi (sering disebut aliran neoklasik),
dan aliran manajemen modern. Juga akan dibicarakan dua pendekatan manajemen yang
berkembang akhir-akhir ini - pendekatan
sistem dan pendekatan kontingen (contingency approach) - yang bermaksud untuk mengintegrasikan bermacam-macam teori manajemen yang ada.
Kelompok Pertama:
Manajemen Klasik
Sebelum sejarah yang disebut zaman manajemen
ilmiah muncul, telah terjadi revolusi
industri pada abad ke 19, yang menyebabkan
meningkatnya kebutuhan akan suatu pendekatan manajemen yang sistematik. Usaha-usaha pengembangan manajemen kemudian dilakukan oleh para teoritisi. Pembahasan perkembangan
teori-teori darn prinsip-prinsip
manajemen selanjutnya akan dilakukan dengan menguraikan para tokoh dan gagasan-gagasan mereka.
Perkembangan
Awal Teori Manajemen
Ada dua tokoh manajemen, yang mengawali munculnya manajemen
ilmiah, yang akan dibahas disini, yaitu Robert
Owen (1771-1858) dan Charles Babbage (1792-1871).
Robert Owen (1771 - 1858). Pada permulaan tahun 1800 an Robert Owen, seorang manajer
beberapa pabrik pemintalan kapas di New Lanark Skotlandia, menekankan pentingnya unsur manusia
dalam produksi. Dia membuat
perbaikan-perbaikan dalam kondisi kerja, seperti pengurangan hari kerja
standar, pembatasan anak-anak dibawah umur
yang bekerja, membangun perumahan yang lebih
baik bagi karyawan dan
mengoperasikan toko perusahaan yang menjual
barang-barang dengan murah. Dia
mengemukakan bahwa melalui perbaikan kondisi karyawanlah yang akan
menaikkan produksi dan keuntungan (laba),
dan investasi yang paling menguntungkan
adalah pada karyawan atau "vital
machmes". Disamping itu Owen
mengembangkan sejumlah prosedur
kerja yang juga memungkinkan
peningkatan produktivitas.
Charles Babbage (1792 - 1871). Charles Babbage,
seorang profesor matematika dari Inggris, mencurahkan banyak waktunya untukk membuat operasi-operasi
pabrik menjadi lebih efisien. Dia percaya bahwa aplikasi prinsip-prinsip
ilmiah pada proses kerja akan menaikkan produktifitas ian menurunkan biaya. Babbage adalah
penganjur pertama prinsip pembagian kerja melalui spesialisasi. Setiap tenaga
kerja harus diberi latihan ketrampilan yang sesuai dengan setiap operasi
pabrik. Lini perakitan modern yang banyak dijumpai sekarang, dimana setiap karyawan
bertanggung jawab atas pekerjaan tertentu yang berulang. Babbage menganjurkan kerjasama yang saling menguntungkan
antara kepentingan karyawan dan pemilik pabrik, serta merencanakan skema
pembagian keuntungan.
Manajemen Ilmiah
Aliran manajemen
ilmiah (scientific management) ditandai kontribusi-kontribusi dari Frederick W. Taylor,
Frank dan
Lillian Gilbreth, Hemy L. Gantt, dan Harrington Emerson, yang akan diuraikan satu persatu.
Frederick W. Tayor (1856 - 1915). Manajemen ilmiah
mula-mula dikembangkan
oleh Frederick
Winslow Taylor sekitar tahun 1900-an.Taylor disebut sebagai "bapak
manajemen ilmiah".
Dalam buku-buku literatur, manajemen ilmiah sering diartikan berbeda. Arti
pertama, manajemen ilmiah merupakan penerapan metoda ilmiah pada studi,
analisa, dan pemecahan masalah-masalah organisasi. Sedangkan arti kedua,
manajemen ilmiah adalah seperangkat mekanisme-mekanisme atau teknik-teknik - "a bag of
tricks" - untuk
meningkatkan efisiensi kerja organisasi. Taylor menuangkan
gagasan-gagasannya dalam tiga judul makalah, yaitu Shop Management,
The Principle of Scientific Management, dan Testimony Before the Special House
Committee, yang dirangkum dalam sebuah buku yang berjudul Scientific Management. Taylor telah memberikan
prinsip-prinsip dasar (filsafat) penerapan pendekatan ilmiah pada manajemen,
dan mengembangkan sejumlah teknik-tekniknya untuk mencapai efisiensi. Empat prinsip
dasar tersebut
adalah :
- Pengembangan metoda-metoda ilmiah dalam manajemen, metoda yang paling baik untuk pelaksanaan setiap pekerjaan dapat ditentukan.
- Seleksi ilmiah untuk karyawan, agar setiap karyawan dapat diberikan tanggung jawab atas sesuatu tugas sesuai dengan kemampuannya.
3.
Pendidikan
dan pengembangan ilmiah para karyawan.
4.
Kerjasama
yang baik antara manajemen
dan tenaga kerja.
Frank Bunker Gilbreth
dan Lillian Gilbreth. Frank Gilbreth, seorang
pelopor pengembangan studi gerak dan waktu, menciptakan berbagai teknik manajemen yang diilhami
Taylor.
Dia sangat tertarik terhadap masalah efisiensi, terutama untuk menemukan
"cara terbaik pengerjaan suatu tugas". Sedangkan Lilian Gilbreth lebih tertarik pada aspek-aspek manusia dalam kerja, seperti seleksi, penempatan dan
latihan personalia. Dia mengemukakan
gagasannya dalam bukunya yang bexjudul
The Psychology of Management. Baginya, manajemen ilmiah mempunyai satu
tujuan akhir : membantu para karyawan mencapai seluruh potensinya sebagai mahluk hidup.
Hemy L. Gantt (1861
- 1919). Seperti Taylor, Hemy L. Gantt mengemukakan
gagasan-gagasan (1) kerjasama yang saling
menguntungkan antara tenaga kerja dan
manajemen, (2) seleksi ilmiah tenaga kerja,
(3) sistem insentif (bonus) untuk
merangsang produktivitas, dan (4)
penggunaan instruksi-instruksi kerja yang terperinci.
Kontribusinya yang terbesar adalah penggunaan metoda grafik, yang dikenal sebagai "bagan Gantt" (
Gantt Chart ), untuk perencanaan, koordinasi dan pengawasan produksi.
Teknik-teknik scheduling modern dikembangkan
atas dasar metoda scheduling produksi dari
Grant.
Harrington Emerson (1853 - 1931).
Pemborosan dan ketidak-efisienan adalah masalah-masalah yang dilihat
Emerson sebagai penyakit sistem industri. Oleh sebab itu Emerson mengemukakan 12 (dua belas) prinsip-prinsip efisiensi yang sangat
terkenal, yang secara ringkas adalah sebagai berikut :
1.
Tujuan-tujuan
dirumuskan dengan jelas.
2.
Kegiatan
yang dilakukan masuk
akal
3.
Adanya
staf yang cakap.
4.
Disiplin.
5.
Balas
jasa yang adil.
6.
Laporan-laporan
yang terpercaya, segera, akurat, sistem
informasi dan akuntansi.
7.
Pemberian perintah - perencanaan dan
pengurutan kerja.
8.
Adanya
standar-standar, skedul-skedul, metoda dan waktu setiap
kegiatan.
9.
Kondisi yang
distandardisasi.
10.
Operasi
yang distandardisasi.
11.
Instruksi-instruksi
praktis tertulis yang standar.
12.
Balas jasa efisiensi - rencana insentif.
Kebaikan
dan kekurangan Manajemen Ilmiah
Metoda-metoda
manajemen ilmiah telah banyak diterapkan pada bermacam-macam kegiatan
organisasi, terutama dalam usaha peningkatan produktivitas. Teknik-teknik efisiensi manajemen ilmiah, seperti studi gerak dan waktu, telah menyebabkan kegiatan dapat dilaksanakan lebih efisien. Gagasan seleksi dan pengembangan ilmiah para karyawan menimbulkan kesadaran akan
pentingnya kemampuan dan latihan untuk meningkatkan efektivitas
karyawan. Akhirnya, manajemen ilmiah yang
telah mengemukakan pentingnya disain kerja,
mendorong manajer untuk mencari
"cara terbaik" pelaksanaan tugas.
Jadi, manajemen ilmiah tidak hanya mengembangkan pendekatan rasional untuk pemecahan masalah-masalah
organisasi tetapi juga meletakkan
dasar profesionalisasi manajemen.
Setelah "revolusi mental" yang
dicanangkan Taylor
terjadi dalam praktek, timbul
masalah-masalah sebagai keterbatasan penerapan manajemen ilmiah.
Kenaikan produktivitas sering tidak diikuti kenaikan pendapatan. Perilaku manusia yang bermacam-macam menjadi
hambatan. Pendekatan "rasional" hanya memuaskan kebutuhankebutuhan ekonomis dan phisik, tidak memuaskan kebutuhan-kebutuhan
sosial karyawan. Manajemen ilmiah juga mengabaikan
keinginan manusia untuk kepuasan
kerja. Beberapa keterbatasan ini yang menimbulkan
usaha-usaha para ahli manajemen berikutnya untuk melengkapi model manajemen
ilmiah.
TEORI ORGANISASI KLASIK
Hemi Fayol (1841
- 1925). Hemi Fayol, seorang industrialis Perancis, mengemukakan teori dan
teknik-teknik administrasi sebagai pedoman bagi pengelolaan organisasi-organisasi yang kompleks dalam bukunya yang terkenal, Administration Industrielle et Generale(Administrasi Industri dan
Umum). Dalam teori administrasinya Fayol memerinci manajemen menjadi lima unsur, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pemberian perintah, pengkoordinasian dan pengawasan
(lihat gambar 2.4.). Pembagian kegiatan manajemen (administrasi) atas fungsi-fungsi ini dikenal sebagai fungsionalisme Fayol.
Fayol membagi
operasi-operasi perusahaan menjadi enam kegiatan, yang semuanya saling tergantung satu dengan yang lain.
Kegiatan-kegiatan
tersebut adalah (1) teknik -
produksi dan manufacturing produk, (2) komersial : pembelian
bahan baku dan
penjualan produk (3) keuangan (finansial) : perolehan dan
penggunaan modal, (4) keamanan : perlindungan
karyawan dan kekayaan, (5) akuntansi : pelaporan, dan pencatatan
biaya; laba dan hutang, pembuatan
neraca, dan pengumpulan data statistik,
dan (6) manajerial.
Disamping itu Fayol
juga mengemukakan empat belas prinsip-prinsip manajemen yang secara
ringkas adalah sebagai berikut :
- Pembagian kerja : spesialisasi akan meningkatkan efisiensi pelaksanaan kerja.
2.
Wewenang
: hak untuk memberi
perintah dan dipatuhi.
- Disiplin : respek dan ketaatan pada peranan:peranan dan tujuan:tujuan organisasi.
- Kesatuan perintah : setiap karyawan hanya menerima instruksi tentang kegiatan tertentu dari hanya seorang atasan.
- Kesatuan pengarahan : operasi-operasi dalam organisasi yang mempunyai tujuan yang sama harus diarahkan oleh seorang manajer dengan penggunaan satu rencana.
- Meletakkan kepentingan perseorangan di bawah kepentingan umum : kepentingan perseorangan harus tunduk pada kepentingan organisasi.
- Balas jasa : kompensasi untuk pekerjaan yang dilaksanakan harus adil baik bagi karyawan maupun pemilik.
- Sentralisasi : adanya keseimbangan yang tepat antara sentralisasi dan desentralisasi.
- Rantai skalar (garis wewenang) : garis wewenang dan perintah yang jelas.
- Order : bahan:bahan (material) dan orang:orang harus ada pada tempat dan waktu yang tepat. Terutama orang-orang hendaknya ditempatkan pada posisi:posisi atau pekerjaan-pekerjaan yang paling cocok untuk mereka.
11. Keadilan : harus ada kesamaan perlakuan dalam organisasi.
- Stabilitas staf organisasi : tingkat perputaran tenaga kerja yang tinggi tidak baik bagi pelaksanaan fungsi-fungsi organisasi.
- Inisiatif : bawahan harus diberi kebebasan untuk menjalankan dan menyelesaikan rencananya, walaupun beberapa kesalahan mungkin terjadi.
- Esprit de Corps (semangat korps. : "kesatuan adalah kekuatan", pelaksanaan operasi organisasi perlu memiliki kebanggaan, kesetiaan dan rasa memiliki dari para anggota yang tercermin pada semangat korps.
James D. Mooney. Mooney, eksekutif General Motors, mengkategorikan prinsip-prinsip dasar manajemen tertentu. Dia
mendefinisikan organisasi sebagai sekelompok, dua atau lebih, orang yang
bergabung untuk tujuan tertentu. Menurut mooney, untuk merancang organisasi perlu diperhatikan empat kaidah dasar, yaitu (1)
koordinasi : syarat-syarat
adanya koordinasi meliputi wewenang, saling melayani, doktriri (perumusan
tujuan) dan disiplin, (2) prinsip skalar : proses skalar
mempunya.i prinsip, prospek dan pengaruh sendiri yang tercermin dari kepemimpinan, delegasi dan definisi
fungsional, (3) prinsip
fungsional : adanya
fungsionalisme bermacam-macam tugas yang berbeda, dan (4) prinsip
staf : kejelasan perbedaan antara staf dan lini.
Mary Parker Follett
(1868 - 1933). Follett dan Barnard bertindak sebagai "jembatan"
antara teori klasik dan hubungan manusiawi, karena pemikiran mereka berdasarkan kerangka klasik, tetapi memperkenalkan
beberapa unsur-unsur baru tentang aspek-aspek hubungan manusiawi. Follett adalah ahli ilmu pengetahuan sosial pertama
yang menerapkan psikologi pada perusahaan, industri dan pemerintah. Dia
memberikan sumbangan besar dalam bidang manajemen melalui aplikasi praktik ilmu-ilmu sosial dalam administrasi
perusahaan. Dia menulis panjang lebar
tentang kreatifitas, kerjasama antara manajer dan bawahan, koordinasi
dan p'emecahan konflik. Follett percaya bahwa konflik dapat dibuat konstruktif
dengan penggunaan proses integrasi dimana orang-orang yang terlibat mencari jalan pemecahan bersama perbedaan-perbedaan diantara mereka. Dia juga
menguraikan suatu pola organisasi yang
ideal di mana manajer mencapai koordinasi
melalui komunikasi yang terkendali dengan para karyawan.
Chaster L.Barnard
(1886 - 1961), Chester Barnard, presiden perusahaan Bell Telephone di New Jersey, menulis
bermacam-macam subyek manajemen dalam bukunya The Functions of the Executive yang ditulis pada tahun 1938. Dia
memandang organisasi sebagai sistem
kegiatan yang diarahkan pada tujuan.
Fungsi-fungsi utama manajemen,
menurut pandangan Barnard, adalah perumusan tujuan dan pengadaan sumber daya-sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Barnard menekankan pentingnya peralatan
k,omunikasi, untuk pencapaian tujuan
kelompok. Dia juga mengemukakan teori
penerimaan pada wewenang. Menurut teorinya, bawahan akan
menerima perintah hanya bila mereka
memahami dan mampu serta berkeinginan
untuk menuruti atasan (lihat bab 10). Barnard
adalah pelopor dalam penggunaan
"pendekatan sistem" untuk pengelolaan organisasi.
ALIRAN HUBUNGAN MANUSIAWI
Aliran hubungan manusiawi
(perilaku manusia atau neoklasik) muncul karena ketidak puasan bahwa yang dikemukakan
pendekatan klasik tidak sepenuhnya menghasilkan efisiensi produksi dan
keharmonisan kerja. Para
manajer masih menghadapi kesulitan-kesulitan dan frustasi karena karyawan tidak selalu mengikuti pola-pola perilaku yang
rasional. Sehingga pembahasan "sisi
perilaku manusia" dalam
organisasi menjadi penting. Beberapa ahli mencoba melengkapi teori organisasi klasik dengan pandangan
sosiologi dan psikologi.
Hugo Munsterberg (1863 - 1916). Sebagai
pencetus psikologi industri,
Hugo Munsterberg sering disebut "bapak psikologi industri". Dalam bukunya Psikology and Industrial
Efficiency, dia
banyak menguraikan
penerapan peralatan-peralatan psikologi untuk membantu pencapaian tujuan produktifitas. Dia
mengemukakan bahwa untuk
mencapai peningkatan produktifitas dapat dilakukan dengan melalui tiga cara, (1)
penemuan best possible person, (2) penciptaan
best possible work, dan
(3) penggunaan best posible effect untuk memotivasi karyawan. Munsterberg
menyarankan penggunaan teknik-teknik yang diambil dari psikologi
eksperimen. Sebagai contoh, berbagai metoda tentang psikologi dapat digunakan
untuk memilih karakteristik tertentu
yang cocok dengan kebutuhan suatu
jabatan. Riset belajar dapat
mengarahkan pengembangan metoda latihan. Dan studi perilaku manusia dapat membantu perumusan teknik-teknik
psikologi untuk memotivasi karyawan. Sebagai
tambahan, Munsterberg mengingatkan adanya
pengaruh faktor-faktor sosial dan budaya terhadap organisasi.
Elton Mayo (1880 - 1949) dan Percobaan percobaan Hawthorne. "Hubungan
manusiawi" sering digunakan sebagai istilah umum untuk menggambarkan cara di
mana manajer berinteraksi dengan bawahannya. Bila "manajemen
personalia" mendorong lebih banyak dan lebih baik dalam kerja, hubungan
manusiawi dalam organisasi adalah "baik". Bila moral dan efisiensi
memburuk hubungan manusiawi dalam organisasi adalah "buruk".
Untuk menciptakan hubungan manusiawi yang
baik, manajer harus mengerti mengapa
karyawan bertindak seperti yang
mereka lakukan dan faktor-faktor sosial dan
psikologi apa yang memotivasi mereka. Elton Mayo, dan asisten risemya Fritz J. Roethlisberger serta William J.
Dickson, mengadakan suatu studi tentang perilaku manusia dalam bermacam situasi kerja yang sangat terkenal di pabrik Howthorne milik
perusahaan Western Electric dari tahun 1927
sampai 1932. Mereka
telah membagi karyawan menjadi kelompok penelitian. Percobaan pertama dilakukan untuk meneliti
pengaruh kondisi penerangan terhadap
produktivitas. Ketika kondisi penerangan dinaikkan, produktivitas juga
naik seperti yang diperkirakan. Tetapi ketika
kondisi penerangan dikurangi sampai seperti bila hanya menggunakan sinar matahari, ternyata produktivitas
tetap naik. Usaha-usaha percobaan
selanjutnya untuk memecahkan masalah "misterius" ini merupakan
era baru hubungan manusiawi.
Dalam percobaan
selanjutnya, Mayo dan kawan-kawannya menempatkan dua kelompok yang masing-masing terdiri enam karyawati dalam ruang terpisah. Dalam salah satu ruang
kondisi diubah-ubah secara periodik,
dan ruang lainnya tidak. Sejumlah variabel-variabel dicoba : upah
dinaikkan; periode istirahat dan jam makan
siang lamanya di ubah-ubah, hari kerja dan minggu kerja diperpendek; peneliti
yang bertindak sebagai atasan mengikuti kelompok urtuk memilih periode istirahatnya sendiri dan
memberikan kesempatan untuk mengajukan usul perubahan.
Sekali lagi, keluaran
di kedua ruang ternyata sama-sama meningkat. Mayo dan kawan-kawan dapat mengesampingkan bahwa insentif keuangan bukan penyebab
kenaikan produktivitas, karena skedul pembayaran
kelompok yang diteliti dipertahankan
sama. Mereka menyimpulkan bahwa
rantai reaksi emosional yang kompleks
telah mempengaruhi peningkatan produktivitas. Hubungan manusiawi di antara anggota kelompok terpilih, maupun dengan
peneliti (pengawas) lebih penting dalam menentukan produktivitas
daripada perubahanperubahan kondisi kerja di
atas. Perhatian simpatik dari pengawas Yang mereka terima telah
mendorong peningkatan motivasi mereka.
Percobaan ini mengarahkan Mayo untuk
penemuan penting lainnya bahwa perhatian
khusus seperti perasaan terpilih menjadi partisipan dalam studi yang
dilakukan manajemen puncak) sangat mempengaruhi
usaha-usaha mereka. Phenomena ini
dikenal sebagai Haw thorne
effect.
Penemuan lainnya
adalah bahwa kelompok kerja
informal lingkungan sosial karyawan juga
mempunyai pengaruh besar pada produktifitas.
Kemudan, konsep "mahluk sosial" dimotivasi oleh kebutuhan sosial, keinginan akan hubungan timbal balik dalam pekerjaan, dan lebih responsif terhadap dorongan kelompok kerja pengawasan manajemen telah menggantikan
konsep "makhluk
rasional" yang dimotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan phisik manusia.
Kebaikan dan
kekurangan Pendekatan Hubungan Manusiawi
Penekanan kebutuhan-kebutuhan sosial dalam
aliran hubungan manusiawi melengkapi
pendekatan klasik, sebagai usaha untuk meningkatkan produktivitas. Aliran hubungan manusiawi mengutarakan bahwa perhatian terhadap para karyawan akan
memberikan keuntungan. Sebagai tambahan, Mayo menekankan pentingnya gaya
manajer dan oleh karenanya organisasi perlu merubah latihan manajemennya. Di samping itu, manajer diingatkan
pentingnya perhatian terhadap proses
kelompok untuk melengkapi perhatian terhadap masing-masing karyawan secara individual.
Teori hubungan
manusiawi ini mengilhami para ilmuwan perilaku manusia seperti Argyris,
Maslow, dan McGregor untuk membahas lebih lanjut motivasi manusia. Konsep "mahluk
sosial" tidak menggambarkan secara lengkap individu-individu dalam
tempatnya bekerja. Hal ini merupakan salah satu keterbatasan teori hubungan
manusiawi. Disamping itu perbaikan-perbaikan kondisi ke:ja dan kepuasan karyawan tidak
menghasilkan
peningkatan produktivitas yang
dramatik seperti yang diharapkan. Juga, lingkungan sosial di tempat kerja hanya
salah satu daribeberapa faktor yang saling berinteraksi yang
mempengaruhi produktivitas. Tingkat upah,
seberapa jauh pekerjaan itu menarik, struktur organisasi dan hubungan perburuhan juga memainkan peranan. Jadi, produktivitas dan kepuasan kerja menjadi semakin kompleks dari yang dipikirkan semula.
ALIRAN
MANAJEMEN MODERN
Manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang berbeda. Jalur pertama merupakan pengembangan dari aliran hubungan manusiawi yang dikenal sebagai perilaku
organisasi, dan yang lain dibangun atas dasar manajemen ilmiah, dikenal
sebagai aliran kuantitatif (operation research dan management science atau manajemen operasi).
PERILAKU ORGANISASI
Perkembangan aliran
perilaku organisasi ditandai dengan pandangan dan pendapat baru tentang
perilaku manusia dan sistem sosial. Tokoh-tokoh aliran ini antara lain :
- Abraham Maslow yang mengemukakan adanya "hirarki kebutuhan" dalam penjelasannya tentang perilaku manusia dan dinamika proses motivasi.
2.
Douglas
McGregor dengan teori X dan teori Y nya.
- Frederick Herzberg yang menguraikan teori motivasi higienis atau teori dua faktor.
- Robert Blake dan Jane Mouton yang membahas lima gaya kepemimpinan dengan kisi-kisi manajerial (managerial grid).
- Rensis Likert yang telah mengidentifikasi dan melakukan penelitiannya secara ekstensif mengenai empat sistem manajemen, dari sistem 1: exploitif-otoritatif sampai sistem 4 : partisipatif kelompok.
- Fred Fiedler yang menyarankan pendekatan contingency pada studi kepefnimpinan.
- Chris A. yang memandang organisasi sebagai sistem sosial atau sistem antar hubungan budaya. .
- Edgar Schein yang banyak meneliti dinamika kelompok dalam organisasi, dan lain-lainnya.
- Hampir semua gagasan yang dikemukakan tokoh-tokoh di atas akan dibahas lebih terperinci dalam bab-bab selanjutnya di belakang.
Prinsip-Prinsip Dasar Perilaku
Organisasi
- Prinsip dasar dari pendapat para tokoh manajemen modern adalah sebagai berikut :
- Manajemen tidak dapat dipandang sebagai suatu proses teknik secara ketat (peranan, prosedur, prinsip).
3.
Manajemen
harus sistematik, dan pendekatan yang digunakan harus dengan pertimbangan secara
hati-hati.
4.
Organisasi
sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan
harus sesuai dengan situasi.
5. Pendekatan motivasional yang
menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan
organisasi sangat dibutuhkan.
Sebagai tambahan beberapa gagasan yang lebih khusus dari berbagai riset perilaku adalah :
1.
Unsur
manusia adalah faktor kunci penentu sukses atau kegagalan pencapaian tujuan
organisasi.
2.
Manajer
masa kini harus diberi latihan dalam pemahaman prinsip-prinsip dan konsep-konsep manajemen.
- Organisasi harus menyediakan iklim yang mendatangkan kesempatan bagi karyawan untuk memuaskan seluruh kebutuhan mereka.
4. Komitmen dapat dikembangkan melalui
partisipasi dan keterlibatan para karyawan.
5.
Pekerjaan
setiap karyawan harus disusun yang memungkinkan mereka mencapai kepuasan diri dari pekerjaan
tersebut.
- Pola-pola pengawasan dan manajemen pengawasan harus dibangun atas dasar pengertian positif yang menyeluruh mengenai karyawan dan reaksi mereka terhadap pekerjaan.
ALIRAN KUANTITATIF
Aliran kuantitatif
ditandai dengan berkembangnya team-team riset operasi (operations research) dalam pemecahan
masalah-masalah industri, yang didasarkan atas sukses team-team riset operasi Inggris dalam Perang Dunia ke
II. Sejalan dengan
semakin kompleksnya
komputer
elektronik, transportasi dan komunikasi, dan sebagainya, teknik-teknik riset
operasi menjadi semakin penting sebagai
dasar rasional untuk pembuatan keputusan.
Prosedur-prosedur riset operasi tersebut
kemudian diformalisasikan dan disebut aliran management science.
Teknik Manajemene
science digunakan dalam kegiatan penganggaran moal, manajemen aliran kas,
scheduling produksi, pengembangan strategi produk, perencanaan program pengembangan sumber
daya manusia, penjagaan tingkat persediaan yang optimal dan sebagainya. Penggunaan teknik-teknik untuk
pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan telah terbukti banyak membantu manajer dalam kegiatan-kegiatan
perencanaan dan pengawasan.
Langkah-langkah
pendekatan management
science biasanya
adalah
sebagai berikut :
1.
Perumusan
masalah
2.
Penyusunan suatu model matematis
3.
Mendapatkan
penyelesaian dari model
4.
Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model.
5.
Penetapan pengawasan atas hasil-hasil.
6.
Pelaksanaan hasil dalam kegiatan-implementasi.