APLIKASI
TEKNOLOGI BIOFLOK UNTUK BUDIDAYA PERIKANAN DI PERAIRAN GAMBUT
Dalam publikasi Kementerian Pertanian tahun 2011, luasan lahan gambut di
Indonesia saat ini adalah 14,905 juta hektar persegi. Para ahli memperkirakan
angka ini telah menyusut sekitar 6 juta
hektar dibandingkan kondisi tahun 90-an yang mencapai 20 juta hektar. Berkurang
atau hilangnya kawasan hutan rawa gambut akan menurunkan kualitas lingkungan,
menyebabkan banjir pada musim hujan serta kekeringan dan kebakaran pada musim
kemarau. Hutan rawa gambut mempunyai nilai konservasi yang sangat tinggi dan
fungsi fungsi lainnya seperti fungsi hidrologi, cadangan karbon, dan
biodiversitas yang penting untuk keseimbangan ekosistem. Jika ekosistemnya
terganggu maka intensitas dan frekuensi bencana alam akan makin sering terjadi.
Keberadaan lahan rawa gambut dengan fungsi ekonomi dan ekologisnya dapat dipertahankan dengan memanfaatkan
lahan rawa gambut untuk kegiatan budidaya perikanan.
Namun demikian budidaya ikan di lahan gambut selama ini hasilnya belum optimal. Hal ini disebabkan karena buruknya kualitas air dalam media budidaya. Untuk meningkatkan kualitas
air rawa dapat dipergunakan teknologi bioflok. Teknologi bioflok merupakan salah satu alternatif baru dalam mengatasi
masalah kualitas air dalam akuakultur yang diadaptasi dari teknik pengolahan
limbah domestik secara konvensional.
Teknologi bioflok merupakan teknologi yang memanfaatkan bahan organik dari
hasil metabolisme ikan yang mengandung nitrogen untuk diubah menjadi protein
dan dapat dimanfaatkan kembali oleh ikan sebagai protein tambahan, disamping
pakan yang diberikan. Teknologi bioflok juga dapat meningkatkan
kualitas air sebagai media budidaya ikan, sehingga dapat meminimalisir
pergantian air atau bahkan tidak perlu ada pergantian air. Dengan demikian
penggunaan teknologi bioflok akan memberikan manfaat antara lain : dapat meningkatkankualitas
air, ramah lingkungan, meningkatkan produktifitas,
dan efisiensi pemakaian pakan sehingga menurunkan biaya produksi.
Badan Penelitian
dan Pengembangan Provinsi Riau telah melakukan penelitian Aplikasi teknologi bioflok
pada budidaya perikanan di perairan rawa gambut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perubahan kualitas air dengan aplikasi
teknologi bioflok; mengetahui dosis bioflok dan padat tebar yang sesuai untuk air rawa gambut, dan mengetahui laju pertumbuhan harian, biomassa, kelangsungan hidup ikan dan
konversi pakan (feed convertion ratio - FCR).
Penelitian tersebut telah dilakukan pada bulan
September s/d Desember tahun2015 yang lalu, bertempat di .Pusat Riset dan Pengembangan Teknologi (Puribangtek) Balitbang Provinsi Riau, Jl. Raya Pasir Putih,
desa Baru Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar.
Penelitian tersebut
menggunakan ikan Lele (Clariasgariepinus)
sebanyak 10.800 ekor, wadah budidaya berupa bak plastic sebanyak 19 unit, media
budidaya berupa air rawa gambut dengan pH 4,5. Masing-masing bak dimasukkan larutan
starter yang dibuat dengan mencampurkan
150cc molase ditambah 10cc, 20cc dan
30cc probiotik bakteri Bacillus sp kedalam
1 liter air. Setelah dilakukan aerasi selama satu minggu mulai terbentuk flock
yang merupakan agregat dari unsure diatom, makroalga, sisa pelet, eksoskeleton
organism mati, bakteri, protista, dan
unsure organic dari metabolisme yang terdapat di perairan yang kaya dengan
protein. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa dengan aplikasi bioflok dapat meningkatkan pH air gambut dari
4,5 menjadi 6,1 – 6,5. Dosis terbaik untuk pertumbuhan ikan lele dengan padat
penebaran 300 ekor/m3 adalah dengan pemberian bakteri probiotik 20 ml/m3. Laju
pertumbuhan bobot mutlak ikan lele mencapai 38,45 gram, dan laju pertumbuhan
harian 3,61%.
Selanjutnya rasio konversi pakan (FCR) diperoleh sebesar
0,93. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 kg daging ikan lele dibutuhkan pakan sebanyak 0,97 kg. Nilai tersebut jauh dibawah nilai FCR budidaya ikan lele pada umumnya
sekitar 1,5. Semakin tinggi
nilai rasio konversi pakan maka pakan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan ikan semakin
besar sehingga tidak efisien dalam penggunaan pakan yang tidak sebanding dengan
penambahan bobot tubuh ikan. Berdasarkan hasil tersebut, pemberian inokulen bakteri member pengaruhnya
terhadap penggunaan pakan. Sehingga aplikasi teknologi bioflok pada budidaya ikan
lele di perairan rawa gambut dapat mengurangi pemakaian pakan buatan sebesar 38
persen. (SubkhanRiza).
PEKANBARU, BALITBANG RIAU, 16/12/2016.
Oleh : Ir. Subkhan Riza