oleh
I Wayan
Dwija
Jurusan Ilmu
Pendidikan
STKIP Agama
Hindu Amlapura
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan hubungan antara konsep diri, motivasi
berprestasi, dan perhatian orang tua dengan hasil belajar sosiologi, baik
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Survei dilaksanakan di Sekolah
Menengah Atas Negeri 2 Amlapura. Subjek penelitian berjumlah 173 orang, yang
ditentukan berdasarkan tabel Krejcie dan Formula Warwick dan Lininger dengan
teknik proporsional random sampling, serta pengukuran terhadap konsep
diri, motivasi berprestasi, dan perhatian orang tua menggunakan instrumen Model
Skala Likert, dengan rentangan skor 1 – 5.
Hasil belajar Sosiologi diukur
dengan tes. Data penelitian diolah dengan teknik statistik regresi sederhana, regresi
ganda, dan korelasi parsial jenjang kedua; dengan taraf signifikansi a =
0,05. Hasil penelitian menunjukkan (1) terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara konsep diri dan hasil belajar Sosiologi, melalui persamaan
garis regresi Ý = 1,667 + 0,241 X1, dengan kontribusi sebesar 18,2
%; (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi
berprestasi dan hasil belajar Sosiologi melalui persamaan garis regresi Ý = 7,145 + 0,344 X2, dengan
kontribusi sebesar 17,2 %; (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara perhatian orang tua dan hasil belajar Sosilogi melalui persamaan garis
regresi Ý = 13,029 + 0,448 X3 , dengan kontribusi sebesar 31,7 %;
(4) terdapat hubungan yang positif dan signifikan secara bersama – sama antara
konsep diri, motivasi berprestasi, perhatian orang tua dan hasil belajar
Sosiologi, dengan dan kontribusi sebesar
46,3 %; dan (5) secara parsial ditemukan (a) terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara konsep diri dan hasil belajar Sosiologi, setelah dikendalikan
variabel motivasi berprestasi dan perhatian orang tua; (b) terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dan hasil belajar
Sosiologi, dengan mengendalikan variabel konsep diri dan perhatian orang tua;
(c) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara perhatian orang tua
dan hasil belajar Sosiologi, setelah dikendalikan pengaruh variabel konsep diri
dan motivasi berprestasi. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang positif
dan signifikan antara konsep diri, motivasi berprestasi , dan perhatian orang
tua dengan hasil belajar Sosiologi; baik sebelum maupuan setelah diparsial. Dengan
demikian hasil belajar Sosiologi dapat dioptimalkan melalui upaya peningkatan
konsep diri dan motivasi berprestasi serta peningkatan intensitas perhatian
orang tua siswa.
Kata kunci : konsep diri, motivasi berprestasi, perhatian orang tua,
hasil belajar sosiologi
ABSTRACT
This study was aimed at finding out and describing
the correlation between self concept, achievement motivation, and parent,s
attention and sociology learning when treated as separate variables and as an
aggregate. The survey was conducted at Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Amlapura.
One hundred and seventy three student were selected as the subjects of the
study based on Krejcie table and Warwick and Lininger formula by using
Proporsional Random sampling technique. Self concept, achievement motivation
and parent,s attention were assessed by Likert scale instrument with
scoring from 1 to 5. Sociology learning was measured by a test. The data were
subjected to simple Regression, Multiple Regression, and Second Rank Partial
Correlation at the level of significance (a = 0,05). The results
demonstrate that (1) there was a positive and significant correlation between
self concept and sociology learning (Ý = 1,667 + 0,241 X1, with the
contribution of 18,2 % ); (2) there was a positive and significant correlation
between achievement motivation and sociology learning ( Ý = 7,145 + 0,344 X2,
with the contribution of 17,2 % ); (3) there was a positive and significant
correlation between parent,s
attention and sociology learning ( Ý = 13,029 + 0,448 X3,
with the contribution 31,7 % ); (4) there was a positive and significant
correlation between self concept, achievement motivation and parent,s
attention as an aggregate and sociology learning F= 48,484 and the contribution was 46,3 % ); (5) partially it
was found that (a) there was a positive and significant correlation between
self concept and sociology learning after the efefct of achievement motivation
and parent,s attention was controlled; (b) there was a positive and
significant correlation between achievement motivation and sociology learning,
by controlling self concept and parent,s attention; (c) there was a
positive and significant correlation between
parent,s attention and sociology learning, after the effect
of self concept and achievement motivation was controlled. The conclusion is
that there was a positive and significant correlation between self concept and
achievement motivation and parent,s attention and sociology
learning, both before and after being partitioned. Therefore sociology learning
can be optimized by improving self concept and achievement motivation and
intensifying parent,s attention.
Key words : self concept,
achievement motivation, parent,s attention, sociology learning.
1. Pendahuluan
Manusia bereksistensi sebagai
subjek dan objek dalam pembangunan, artinya menempati posisi sentral dan strategis.
Pembangunan nasional membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas, guna
memenangkan persaingan yang semakin ketat dan kompetitif dalam memasuki era
globalisasi. Kondisi sumber daya manusia Indonesia kini sangat memprihatinkan.
Dalam Human Development Indext 2000 terlihat bahwa sumber daya manusia
Bangsa Indonesia tergolong rendah, yaitu ranking 109 di bawah Vietnam 108,
Pilipina 77, Thailand 76, Malaysia 61, Brunai Darusalam 32, dan Singapura 24
(Tilaar, 2002: 115).
Hasil pendidikan juga mengecewakan, seperti nilai ujian rendah, budaya
nyontek di kalangan pelajar, penyalahgunaan narkoba, munculnya generasi
terdidik yang bersifat materialistik, individualistis, konsumtif, dan sering
terjadi perkelahian. Hal ini sungguh bertentangan dengan Tujuan Pendidikan
Nasional, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003, yakni Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulya, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sikap pelajar yang tidak
etis, dan perilaku kekerasan sampai pada timbulnya tauran serta perkelahian
siswa, sangat bertentangan dengan Idiologi Pancasila, begitu pula dengan salah
satu pilar pendidikan yang diketengahkan oleh UNESCO, yaitu learning to live
together, artinya belajar hidup bersama secara harmonis dengan orang lain
(Maba, 2002:7). Di Sekolah Menengah Atas (SMA), salah satu mata pelajaran yang
ikut memberikan andil terhadap pembentukan dan pendewasaan sikap siswa dalam
menjalankan kehidupan bersama adalah Sosiologi. Dalam Garis-Garis Besar Program
Pengajaran ( GBPP ), yang kemudian disempurnakan dengan Surat Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.118/U/ 2002, tertanggal 22 Juli 2000,
dipaparkan bahwa tujuan pelajaran Sosiologi di Sekolah Menengah Atas adalah
memperluas cakrawala pengetahuan, mengembangkan sikap dan perilaku siswa yang
rasional, dalam menghadapi kemajemukan masyarakat serta menjunjung tinggi
kehidupam bersama secara harmonis. Hasil Ujian Akhir Nasional (UAN), mata
pelajaran Sosiologi untuk Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Amlapura sebagai
sekolah Unggulan Kabupaten Karangasem masih rendah, dengan nilai rata-rata
6,85. Dalam rangka optimalisasi hasil belajar Sosiologi, perlu ditemukenali
serta diteliti berbagai faktor yang berpengaruh pada proses pembelajaran, agar
dapat ditentukan sekala perioritasnya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
hasil belajar sifatnya kompleks. Roijekhers
(1989:15), mengemukakan ada sejumlah faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa, secara garis besar terbagi atas dua jenis, yaitu: faktor yang
berasal dari dalam diri siswa dan faktor lingkungan. Faktor dari dalam disebut faktor internal,
yang meliputi: segi fisik seperti: alat
indra dan kesehatan jasmani. Faktor psikologis mencakup: inteligensi, bakat,
minat, emosi, sikap, perhatian, kesiapan, kematangan, tanggapan, konsep diri,
dan motivasi. Faktor lingkungan (eksternal), meliputi (1) keluarga, yang
terinci atas: pola asuh orang tua, perhatian orang tua, keutuhan, pendidikan
orang tua, status ekonomi; (2) lingkungan sekolah, (3) lingkungan masyarakat,
dan (4) lingkungan alam
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara konsep diri,
motivasi berprestasi, perhatian orang tua dan hasil belajar Sosiologi, baik
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Secara teoretis hasil penelitian
ini diharapkan dapat menambah khazanah konsep ilmu pendidikan sebagai cabang
ilmu terapan. Sementara itu secara praktis hasil penelitian ini dimaksudkan
agar bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dan proses pembelajaran.
Berdasarkan data empiris, ketiga variabel tersebut sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar, namun hasil penelitian yang mengungkap hubungannya dengan hasil belajar Sosiologi
masih terbatas.
Anggrilli dan
Helfat (1981:27) menyatakan konsep diri sebagai pandangan internal yang
dimiliki setiap orang tentang dirinya termasuk penilaian yang bersifat pribadi mengenai berbagai
karakteristiknya. Uraian yang senada diketengahkan oleh Johnson dan Madinnus
(1969), yakni konsep diri adalah sebagai sikap individu terhadap fisik dan
tingkah lakunya. Kemudian, Secord dan Backman (1974) menguraikan bahwa konsep
diri adalah suatu rangkaian pemikiran dan perasaan terhadap diri sendiri yang
meliputi: tubuh, penampilan, dan perilaku. Di sisi lain, Rais (dalam Gunarsa
dan Gunarsa, 1983) mengetengahkan pandangan yang hampir sama, menurutnya konsep
diri adalah pandangan atau evaluasi seseorang mengenai dirinya. Selanjutnya
Hurlock (1993: 58) mengemukakan bahwa konsep diri mencakup citra fisik dan
psikologis. Dalam hubungan ini, Song dan Hattie (1984:127) mengetengahkan bahwa
konsep diri terdiri atas: konsep diri akademis, konsep diri sosial, dan
penampilan diri.
Jadi, konsep diri adalah penilaian, pandangan,
dan perasaan seseorang tentang dirinya. Konsep diri terdiri atas dua aspek,
yaitu konsep diri fisik yang tercermin pada penampilannya, dan konsep diri
psikologis yang terinci atas konsep diri akademis dan konsep diri sosial. Dalam
kaitannya dengan belajar perlu dibangun konsep diri yang positif, agar
terbentuk kepercayaan diri. Hal ini senada dengan pendapat Cooper dan Sawot
(dalam Priyadharma, 2001:18), bahwa
kepercayaan diri adalah kekuatan emosi yang didasarkan atas rasa harga
diri dan makna diri. Semakin besar rasa percaya diri, semakin besar peluang
untuk mencapai keberhasilan dalam segala aktivitas.
Motivasi
berprestasi termasuk jenis motivasi intrinsik. McClelland (1987) menyebutkan
bahwa motivasi berprestasi adalah sebagai suatu usaha untuk mencapai hasil yang
sebaik-baiknya dengan berpedoman pada suatu standar keunggulan tertentu (standards of exellence). Kemudian,
Heckhausen (1967) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi merupakan suatu usaha
untuk meningkatkan kecakapan pribadi setinggi mungkin dalam segala kegiatannya
dengan menggunakan ukuran keunggulan sebagai perbandingan. Jadi, dalam motivasi
berprestasi selalu ada kriteria tertentu yang dijadikan tolok ukur
kerberhasilan. Dalam hal ini ada tiga kriteria, yaitu pertama, produk dinilai
atas dasar kesempurnaan. Kedua, membandingkan prestasi sendiri yang pernah
dicapai sebelumnya. Ketiga, membandingkan dengan prestasi orang lain dalam bidang
sejenis. Menurut Ardhana (1990), motivasi berprestasi dapat dilihat dari adanya
kecenderungan dan usaha yang bersifat ajeg untuk bekerja keras dalam
penyelesaian suatu tugas, meskipun tidak ada pengawasan dari pihak lain. Kajian
Keller, Kelly,dan Dodge (1987) menyimpulkan ada 6 karakteristik motivasi
berprestasi yang tampak konsisten, yang terinci sebagai berikut, (1) individu yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi lebih banyak menyukai keberhasilan yang penuh tantangan, (2)
suka kerja keras terlepas dari apakah mendapat imbalan atau ganjaran, (3)
cenderung membuat pilihan atau melakukan tindakan yang realistis, (4) menyukai
situasi yang dapat menilai diri sendiri dalam pencapaian tujuannya, (5)
memiliki perspektif jauh ke depan, dan (6) individu yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi akan menunjukkan prestasi yang tinggi. Selanjutnya, Winkel
(1984:27) mendifinisikan motivasi berprestasi sebagai daya penggerak seseorang
untuk mencapai taraf prestasi belajar yang tinggi demi memperoleh kepuasan. Demikian
pula, Edward yang dikutip oleh Martinah (1984) mengupas tentang motivasi
berprestasi sebagai keinginan seseorang untuk dapat menyelasaikan tugas yang
sulit secara baik, bekerja sebaik - sebaiknya untuk memperoleh kesuksesan,
menyelesaikan tugas yang memerlukan usaha dan ketrampilan, dan mengerjakan
tugas dengan kualitas lebih baik dari pada orang lain.
Motivasi berprestasi merupakan bentuk spesifik dari
motivasi intrinsik, peranannya sangat menentukan agar tercapai prestasi belajar
yang bermakna. Motivasi berprestasi perlu ditemukenali, dipupuk serta
ditumbuhkembangkan oleh guru secara maksimal dalam proses pembelajaran. Hal ini
senada dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (1999:91) yang menyatakan bahwa
motivasi berprestasi dikatakan sebagai motivasi intrinsik yang perlu
diperhatikan dan dikembangkan oleh guru sejak Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar,
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
Berdasarkan uraian
tentang pengertian dan ciri-ciri motivasi berprestasi yang dipaparkan oleh para
ilmuan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa motivasi berprestasi adalah
konstruk psikologis yang mendorong siswa untuk melakukan usaha dengan
sebaik-baiknya atas dasar kompetisi yang sehat dan bertanggung jawab, agar
tercapai hasil belajar yang maksimal berdasarkan standar keunggulan
Perhatian orang tua terhadap anak,
termasuk dalam konteks bimbingan dalam keluarga. Hal ini dikemukakan oleh
Suharsana (1976) yang menyatakan bahwa bimbingan orang tua dapat meliputi:
perhatian, nasihat, janji-janji, dan penghargaan. Kemudian, Andersen
sebagaimana yang dikutip oleh Rakhmat (1986:64) menjelaskan bahwa perhatian
atau attention adalah proses mental terhadap stimuli atau rangkaian
stimuli tertentu yang menonjol dalam keadaan stimuli-stimuli yang lainnya
melemah. Perhatian terjadi apabila seseorang mengkonsentrasikan alat indranya
terhadap stimuli yang mempunyai sifat-sifat menarik dan sesuai dengan kebutuhan
subjek.
Berkenaan dengan perhatian orang
tua, tidaklah cukup jika orang tua sekadar menyediakan dan melengkapi fasilitas
serta sarana belajar yang berwujud benda fisik ,sebab lengkapnya fasilitas
fisik belum menjamin seorang anak belajar dengan baik. Fasilitas yang
disediakan oleh orang tua hanya merupakan salah satu faktor saja yang
berpengaruh terhadap kesuksesan belajar. Bagaimanapun baiknya dan lengkapnya
fasilitas yang tersedia, jika tidak digunakan untuk hal-hal yang berhubungan
dengan aktivitas belajar, dapat diduga bahwa prestasi belajar anak tidak akan
optimal. Dalam kaitannya dengan masalah ini, Jiyono dan John Stone (1983:289)
menyatakan bahwa apa terjadi di dalam rumah adalah lebih penting daripada apa
yang tersedia dalam rumah.
Bertitik tolak dari hal-hal di atas,
terkandung maksud bahwa perhatian orang tua terhadap aktivitas belajar anak di
rumah mempunyai arti dan pengaruh yang lebih penting, jika dibandingkan dengan
pengadaan fasilitas belajar yang mewah. Karena itulah, dalam hal ini pengadaan
sarana dan fasilitas belajar dimasukkan menjadi salah satu aspek dari wujud
perhatian orang tua, artinya jika membicarakan ubahan perhatian orang tua
secara implisit di dalamnya sudah termasuk pula pengadaan fasilitas belajar.
Tentang urgensi perhatian orang tua, diketengahkan oleh Rimm (2000:38) yang
menyatakan bahwa di dalam memberdayakan anak-anak perhatian yang wajar dari
pribadi orang-orang dewasa/orang tua lebih utama dari pada ganjaran dan
hukuman. Selanjutnya, Russell (1993) menegaskan bahwa perhatian orang tua
berpengaruh kuat terhadap perilaku anak-anak. Demikian pula, Markum (1981:49) menyatakan
bahwa hubungan emosional antara orang tua dengan anak dapat mempengaruhi
kesuksesan belajarnya.
Dari
uraian di atas jelas tersimpul bahwa harapan sukses yang ditargetkan untuk
dicapai oleh siswa di sekolah mutlak harus didukung perhatian orang tuanya,
baik secara psikologis maupun dalam pemenuhan sarana dan prasarana belajar.
2. Metode Penelitian
Populasi penelitian ini berjumlah 238 orang. Sampel sebanyak
173 orang, ditentukan berdasarkan tabel Krejcie (Sugiyono1977:63), dikoreksi
dengan Formula Warwick dan Lininger (1975); serta ditentukan dengan
teknik proporsional random sampling. Pengukuran terhadap konsep diri,
motivasi berprestasi, dan perhatian orang tua menggunakan instrumen Model Skala
Likert, dengan rentangan skor 1 – 5. Hasil belajar Sosiologi diukur dengan tes.
Hasil penelitian termasuk data interval, diolah dengan teknik statistik regresi
sederhana, regresi ganda, dan korelasi parsial jenjang kedua dengan taraf
signifikansi a
= 0,05.
3.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1
Hasil Penelitian
Uji Regresi sederhana menemukan
(1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dan hasil
belajar Sosiologi, melalui persamaan garis regresi Ý = 1,667 + 0,241 X1,
dengan kontribusi sebesar 18,2 %; (2) terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara motivasi berprestasi dan hasil belajar Sosiologi melalui
persamaan garis regresi Ý = 7,145
+ 0,344 X2, dengan kontribusi sebesar 17,2 %; (3) terdapat hubunbgan
yang positif dan signifikan antara perhatian orang tua dan hasil belajar
Sosilogi melalui persamaan garis regresi Ý = 13,029 + 0,448 X3 ,
dengan kontribusi sebesar 31,7 %.
Hasil uji Regresi Ganda menemukan
hubungan yang positif dan signifikan secara bersama – sama antara konsep diri,
motivasi berprestasi, perhatian orang tua dan hasil belajar Sosiologi, dengan dan kontribusi sebesar
46,3 %.
Hasil uji secara parsial ditemukan (1)
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dan hasil
belajar Sosiologi, setelah dikendalikan variabel motivasi berprestasi dan
perhatian orang tua; (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
motivasi berprestasi dan hasil belajar Sosiologi, dengan mengendalikan variabel
konsep diri dan perhatian orang tua; dan (3) terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara perhatian orang tua dan hasil belajar Sosiologi, setelah
dikendalikan pengaruh variabel konsep diri dan motivasi berprestasi.
3.2
Pembahasan
Berdasarkan uji hipotesis dapat ditemukan hubungan
variabel bebas dengan variabel terikat, seperti terlukis pada uraian berikut
ini.
Pertama, terdapat hubungan yang positif antara konsep
diri dan hasil belajar Sosiologi, melalui persamaan garis regresi Ý = 1,667 +
0,241 X1, kontribusi sebesar 18,2 %. Temuan tentang hubungan yang bersifat
positif antara konsep diri dan hasil belajar Sosiologi, relevan dengan hasil –
hasil penelitian sebelumnya, yaitu (1) Penelitian Song dan Hattie (1984:127)
menemukan bahwa korelasi antara konsep diri akademis dan prestasi belajar
sebesar 0,91, korelasi antara konsep diri sosial dan prestasi belajar adalah
0,19, dan korelasi antara konsep diri fisik dan hasil belajar sebesar 0,23;
semuanya signifikan. (2) Penelitian Pottebaum dkk. (1986:143) menyimpulkan
bahwa hubungan antara konsep diri dan prestasi akademik bersifat signifikan.
(3) Penelitian Marsh (1985:591) menyimpulkan bahwa prestasi membaca dan
matematika berkorelasi positif dengan konsep diri siswa. (4) Penelitian Jordan
(1981) menemukan korelasi yang positif dan
signifikan antara konsep diri dan penampilan akademis pemuda kulit hitam.(5)
Penelitian Suwendra (1992) menyimpulkan bahwa konsep diri berpengaruh terhadap
kesuksesan belajar di Perguruan Tinggi.
Hal ini
menunjukkan bahwa konsep diri berkontribusi terhadap pencapaian hasil belajar
Sosiologi, dan dapat dijadikan salah satu prediktor dalam meramalkan hasil
belajar Sosiologi selanjutnya.
Kedua, hasil penelitian mengindikasikan
bahwa motivasi berprestasi memiliki hubungan korelasional yang kuat dengan
hasil belajar Sosiologi. Hal ini ditunjukkan oleh persamaan regresi Ý = 7,145 +
0,344 X2, besarnya koefisien korelasi r = 0,415 dan signifikan ,baik pada taraf
0,05 atau 0,01. Kontribusi terhadap pencapaian hasil belajar Sosiologi sebesar
17,2 %. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan – temuan peneliti sebelumnya,
yaitu (1) McClelland, seorang pakar yang
sangat tekun mengkaji motivasi berprestasi, dalam penelitiannya disimpulkan
bahwa motivasi berprestasi ( achievement motivation ) mampu
berkontribusi sampai 64 % terhadap prestasi belajar; (2) Dalam Irawan Prasetya
(1997:42) diuaraikan (a) penelitian Wolberg dkk. (1983) menyimpulkan bahwa
motivasi berprestasi berkontribusi sampai 20 % terhadap prestasi belajar, (b)
penelitian Fyans dan Mochr ( 1982 ) menyatakan bahwa faktor motivasi berprestasi
ternyata merupakan prediktor yang paling baik untuk memprediksi prestasi
belajar, dan (c) penelitian Suciati (1990) menyimpulkan bahwa kontribusi
motivasi sebesar 36 % terhadap prestasi belajar; (3) Penelitian Metera
(1992) menyimpulkan bahwa keterampilan
guru untuk membangkitkan motivasi berprestasi siswa mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap prestasi belajar. Hubungan antara motivasi berprestasi dan
hasil belajar Sosiologi bersifat linier. Hal ini memberi petunjuk bahwa, jika
ingin meramalkan hasil belajar, maka motivasi berprestasi patut diperhitungkan
sebagai salah satu faktor penting. Di samping itu dapat diindikasikan bahwa
motivasi berprestasi telah berfungsi sebagai prinsip belajar. Hal ini senada
dengan pendapat Sardiman (dalam Dimyati dan Mudjiono,1999) bahwa sebagai
prinsip belajar motivasi berfungsi (1) mendorong siswa berusaha secara maksimal
belajar, (2) menentukan arah perbuatannya, dan (3) menyeleksi perbuatannya agar
berguna untuk belajar.
Ketiga, dari hasil analisis dapat
ditunjukkan, bahwa terdapat hubungan yang positif antara perhatian orang tua
dan hasil belajar Sosiologi, melalui persamaan garis regresi Ý = 13,029 + 0,448
X3, dengan kontribusi sebesar 31,7 %, koefisien korelasi r = 0,563, hasil
tersebut signifikan pada taraf 0,05 dan 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa
perhatian orang tua dapat dijadikan prediktor dalam meramalkan hasil belajar
Sosiologi. Hasil penelitian ini sangat relevan dengan temuan – temuan
penelitian sebelumnya, yaitu (1) penelitian Marjoribanks (1979) menunjukkan
bahwa terdapat korelasi positif antara
perhatian orang tua dan pendidikan anak dengan prestasi belajar matematika; (2)
penelitian Fretes (1987) menyimpulkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara
perhatian orang tua dan prestasi belajar matematika pada taraf 0,01; dan (3) penelitian Pawiroputro (1990) juga
menyimpulkan bahwa terdapat korelasi
yang signifikan antara perhatian orang tua dan prestasi belajar.
4. Penutup
Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri, motivasi
berprestasi, perhatian orang tua dan hasil belajar sosioligi, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Hal tersebut mengindikasikan bahwa konsep
diri yang positif, motivasi berprestasi yang tinggi, dan perhatian orang tua
yang intensif akan memberikan sumbangan penting di dalam pencapaian hasil
belajar secara maksimal.
Dengan
demikian dapat diajukan saran seperti berikut. (1) Kepada siswa Sekolah
Menengah Atas Negeri 2 Amlapura disarankan agar memupuk konsep diri yang
positif, dan terus meningkatkan motivasi
berprestasi karena kedua faktor tersebut sangat berkontribusi terhadap
pencapaian hasil belajar yang lebih baik. (2) Kepada orang tua murid disarankan
agar mencurahkan perhatiannya secara maksimal demi keberhasilan belajar putra –
putrinya yang tercinta. (3) Bagi peneliti pendidikan, disarankan untuk
melakukan penelitian sejenis dengan populasi dan sampel lebih luas, agar
diperoleh temuan yang lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Anggrilli,
A. and Helfat, L. 1981. Child Psychology. New York: Boreus & Noble
Books.
Ardhana. 1990. Atribusi Terhadap Sebab-sebab
Keberhasilan Serta Kegagalan Serta Kaitannya dengan Motivasi Untuk Berprestasi.
Malang: IKIP. Negeri Malang.
Departemen Pendidikan Nasional RI. 2003. Undang-Undang
Republik Indonesia No.20 Th.2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Dimyati , Mudjiono. 1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta.: Rineka Cipta.
Fretes, E. T. D. 1987. Perhatian Orang Tua dan Kebiasaan
Belajar Terhadap Kesanggupan Berpikir Formal dan Prestasi Belajar Matematika
Siswa SMAN. Se Kota Madya Ambon. ( Tesis Yang Tidak Dipublukasikan )
Gunarsa, S.G. dan Gunarsa. 1983. Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Pt.BPK. Gunung Mulya.
Hekhausen, H. 1967. The Anatomy of Acheivement
Motivation. New York: Academi Press.
Hurlock, E. B.1993. Child Development. Alih Bahasa
Dr. Med. Meitasari Tjandrasa. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Irawan, P. 1997. Teori Belajar, Motivasi, Dan
Keterampilan Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Jiyono, and John S.1983. Out Oh School Factors and
Educational Achievement in Indonesia Camparative Educational Review.
Johnson, RC. And Medinnus, G.R. 1969. Child Psykology
Behavior and Development. Scond Edition. New York: John Wiley &
Sons. Inc.
Jordan, Theresa J. 1981. Self Consept & Motivation and
Academic Achievement of Black Adolecents. Journal Of Education Psychology.Vol.
73, N0.4. New York University, The American Psychology Association Inc.
Keller, J.M.,Kelly,E.F., Dodge,1978 Practitioner Guide To Concept and Measure Of Motivation Syracuse.
New York: ERIC.Clearing House on Information Resources, Suracuse University.
Maba, I. W. 2002. Evaluasi Pembelajaran (Makalah Disajikan. Pada Penataran
PBM.Dosen Kopertis VIII) Tanggal 27 Oktober 2002.
Marjoribanks. K. 1979. Families and
Thier Learning Environment an Empirical Analysis. New York: Roatledge &
Kegan Paul.
Markum, M. E. 1981. Anak, Keluarga Dan Masyarakat (Tinjauan Atas Disiplin, kebebasan, etika
dan proses belajar).Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Martinah. 1984. Pembinaan Supervisi Pengajaran. Jurnal Ilmu Pendidikan.
Mars,
Herbart, W. D. Smith and Jenifer B.” 1985. Multidementional Self Consept:
Relations With Sex and Academic Achievement”. Jurnal of Education Psychological. Sydney: University of Sydney.
Metera, I. G. M. 1992. Pengaruh
Keterampilan Guru Dalam PBM. Terhadap Prestasi Belajar Sejarah pada Siswa Kelas
2 Semester I SLTPN I. Singaraja ( Hasil Penelitian Yang Tidak Dipublikasikan). Singaraja:
Universitas Panji Sakti.
McClelland, D. Human Motivation.New
York: Cambridge University Press.
Pawiroputro, E. 1990. Pengaruh Tingkat
Pendidikan Orang Tua, Perhatian Orang Tua, dan Motivasi Berprestasi Terhadap
Prestasi Belajar PMP.Siswa Kelas 1 SMPN. Di Kabupaten Kulonprogo.(Tesis Yang
Tidak Diterbitkan ).
Pottebaum. S. M., Timothy Z. K., Stewart
W. E. 1986. “Is There a Causal Relation Between Self – Concept and Academic
Achievement” Jurnal Of Educational Research, Vol.79, No.3.
Priyadharma, T. 2001. Kreativitas Dan Strategi. Jakarta: PT. Golden Trayon Press.
Rakhmat, J. 1986. Psikologi Komunikasi.
Remaja Karya CV.
Rimm, S. 2000. Smart Parenting ( Mendidik Dengan Bijak). Alih Bahasa Oleh A.
Mangunhardjana .Jakarta: PT. Grasindo.
Rooijakhers. 1989. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: CV. Rajawali.
Russell, B. 1993. Education And The Social Order ( Pendidikan Dan Tatanan Sosial).terjemahan
oleh Setiawan Abadi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia..
Scord, P.F. and Backman, C.W. 1974. Social
Psychology. 2nd Education, Tokyo: Mc.Grow-Hill Kogakusha.
Song, I and Hattie. 1984. Home
Enveronment, Self – Concept and Academic Achievement: A Causal Modelling
Approach. Jurnal Of Educational Psychology, Vol.76. No.6.
Sugiyono. 1997. Statistik Untuk
Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta
Suharsana. 1976. Macam – Macam Dorongan Orang
Tua Dalam Hubungan Dengan Kemampuan Belajar Murid SMP. (Laporan Penelitian)
IKIP Yogyakarta
Suwendra. 1992. Pengaruh Konsep Diri Terhadap Kesuksesan Belajar di Perguruan Tinggi. Majalah Ilmiah Kopertis VIII.
Tilaar. 2002. Pendidikan Untuk Masyarakat Indonesia Baru. Jakarta: PT. Gramedia.
Warwick, Donal P. Charles A. Lininger.
1975. The Sample Survey, Theory and Practice. New York: Mc. Graw
– Hill Book Company
Winkel. 1984. Psikologi Pendidikan dan
Evaluasi Belajar. Jakarta: PT. Gramedia