BAB XII
Manajemen Stress
PENDAHULUAN
Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak sulit dan membuat
ketidakseimbangan dalam hidup. Dalam perilaku organisasi, dibutuhkan suatu
manajemen stress untuk menghadapi tuntutan yang berlebihan. Tujuan manajemen
stress untuk meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik lagi dari pada
sebelumnya. Manajemen stress akan menganalisa pengaruh stress pada kinerja dan
kemampuan berpikir seseorang.
A.
KONSEP STRESS
Stress adalah
suatu ketidakseimbangan diri/ jiwa dan realitas kehidupan setiap hari yang
tidak dapat dihindari perubahan yang memerlukan penyesuaian. Sering dianggap
sebagai kejadian atau perubahan negatif yang dapat menimbulkan stress, seperti
cedera, sakit atau kematian orang yang dicintai, putus cinta. Perubahan positif juga dapat
menimbulkan stress, seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta.
Menilik dari
pengertian stress sendiri, maka berbagai pengertian manajemen stress pun
diungkap sebagai berikut:
·
“Stress (n), Psychological and
physical strain or tension generated by physical, emotional, social, economic,
or occupational circumstances, events, or experiences that are difficult to
manage or endure.” (Colman, Andrew M. (1st ed.).(2001). Oxford
Dictionary Of Psychology. hal. 711)
·
Manajemen stres adalah kemampuan untuk mengendalikan diri ketika situasi,
orang-orang, dan kejadian-kejadian yang ada memeberi tuntutan yang berlebihan.
B.
MEKANISME STRESS
Stress baru nyata dirasakan apabila
keseimbangan diri terganggu. Artinya kita baru mengalami highlight manakala
kita mempresepsi tekanan dari stressor melebihi daya tahan yang kita punya
untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama kita memandang diri kita masih
bisa menahan tekanan tersebut, (yang kita presepsi lebih ringan dari kemampuan
kita menahan) maka tekanan highlight belum nyata. Akan tetapi apabila tekanan
tersebut bertambah besar (dari stressor yang sama atau dari stressor lain
secara bersamaan) tekanan menjadi nyata, kita kewalahan dan merasakan stress.
Selama pikiran tidak menghentikan pengiriman tanda bahaya ke
otak, mekanisme Stress ini
berjalan terus. Belakangan ini sejumlah penelitian paduan bidang psikologi dan
syaraf (Goleman, 2007) menemukan bahwa otak manusia memiliki banyak neuron
counterpart yang bekerja otonom menangkap vigilance pada saat kita ber-
interaksi sosial, kemudian membangun (set-up) sistem sirkuit yang sesuai dengan
bacaannya. Dengan perkataan lain, meskipun secara mental kita bisa melakukan
adjustment, tubuh secara otonom melakukan mekanisme pertahanan atau
perlindungan sesuai bacaan neuron mirror.
C.
KATEGORI STRESS
Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), dapat digolongkan sebagai berikut :
a.
Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau
rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus
listrik.
b.
Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormone, atau gas.
c.
Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
d.
Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ,
atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e.
Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f.
Stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal,
sosial, budaya, atau keagamaan.
D.
REAKSI- REAKSI
TERHADAP STRESS
Reaksi Psikologis terhadap stress
a. Kecemasan
Respon yang
paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu
penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan Adalah emosi yang tidak
menyenangkan à istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,” “takut”fisik à jantung
berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah
tidur
b. Kemarahan dan agresi
Adalah perasaan
jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman.Merupakan reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan
agresi, Agresi ialah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan
secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku
kegilaan, tindak sadis dan usaha membunuh orang
c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah
dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih.
E.
STRATEGI
PENANGANAN STRESS
Kiat untuk
mengendalikan stres menurut Grant Brecht (2000) sebagai berikut :
a.
Sikap, keyakinan dan pikiran kita harus positif, fleksibel, Rasional, dan
adaptif terhadap orang lain. Artinya, jangan terlebih Dahulu menyalahkan orang
lain sebelum introspeksi diri dengan pengendalian internal.
b.
Kendalikan faktor-faktor penyebab stres dengan jalan :
1).
Kemampuan menyadari (awareness skills)
2).
Kemampuan untuk menerima (acceptance skills)
3).
Kemampuan untuk menghadapi (coping skills)
4).
Kemampuan untuk bertindak (action skills)
c.
Perhatikan diri anda, proses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan
anda.
d.
Kembangkan sikap efisien.
e. Relaksasi
f.
Visualisasi (angan-angan terarah)
Teknik singkat untuk
menghilangkan stres, misalnya melakukan pernafasan dalam, mandi santai dalam
bak, tertawa, pijat, membaca, kecanduan positif (melakukan yang disukai secara
teratur), istirahat teratur dan ngobrol.
F.
STESS DAN
KINERJA
Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam
berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di
antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan
ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir,
pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa
lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari
tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress.
Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan,
komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan
sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ;
Tarstasky, 1993).
Dalam dunia
kerja, sering timbul (muncul) berbagai masalah sehubungan dengan stres dan
kondisi-kondisi yang dapat memicu terjadinya stres. Baik disadari maupun tidak,
pekerjaan seseorang menimbulkan stres pada dirinya. Hal ini pasti akan tampak
dalam kurun waktu yang panjang, karena memang manusia setiap harinya
berkecimpung di tempat kerjanya lebih dari sepertiga kali waktunya.
Stres kerja
sering menimbulkan masalah bagi tenaga kerja, baik pada kelompok eksekutif
(white collar workers) maupun kelompok pekerja biasa (blue collar workers).
Stres kerja dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja, baik fisik maupun
emosional. Hal itu juga didukung oleh Sullivan dan Bhagat (1992) dalam studi
mereka mengenai stres kerja (yang diukur dengan role ambiguity, role conflict,
dan role overload) dan kinerja, pada umumnya ditemukan bahwa stres kerja
berhubungan secara negatif dengan kinerja.
Stres mempunyai
posisi yang penting dalam kaitannya dengan produktivitas sumberdaya manusia,
dana dan materi. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada dalam diri
individu, stres juga dipengaruhi oleh faktor-faktor dari organisasi dan
lingkungan. Tenaga kerja merupakan salah satu aset perusahaan yang
paling utama, oleh karena itu perlu dibina secara baik. Stres pada karyawan
sebagai salah satu akibat dari bekerja perlu dikondisikan pada posisi yang
tepat agar kinerja mereka juga pada posisi yang diharapkan.
PENUTUP
Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang tampak dimana manusia
merasa ada tuntutan sehingga membutuhkan suatu kemampuan untuk mengatasinya.
Stress melanda seseorang karena adanya bentuk kelelahan berkelanjutan, rasa
tegang, dan tuntutan. Manajemen stress sangat diperlukan dalam perilaku
organisasi. Karena disini seseorang dituntut untuk bertanggung jawab terhadap
apa yang telah ditugaskan. Apabila dalam tugas tersebut terdapat rasa tuntutan
dan kekhawatiran yang membuat pikiran menjadi kacau, hal ini harus segera
diselesaikan agar kinerja seseorang dalam melaksanakan tugasnya terlaksana
dengan baik. Keterkaitan hubungan sosial antara pegawai dan atasan harus
memperhatikan kebutuhan satu sama lainnya, agar kinerja organisasi tersebut
berjalan dengan baik. Hubungan sosial sangat berpengaruh dalam menyelesaikan
masalah stress. Seseorang pimpinan dapat membantu bawahan nya agar ia tidak
jenuh dengan pekerjaannya. Hal ini
dilakukan dengan cara pendekatan dan memberikan penghargaan agar kinerja
para pegawai bisa berjalan baik dan tujuan dari organisasi tersebut bisa
tercapai dengan baik.
Sumber Referensi :
http://andaners.wordpress.com/2009/04/21/konsep-cemas-stress-dan-adaptasi/