Menteri BUMN Dahlan Iskan dikenal sebagai pengusaha sukses yang memiliki
kerajaan media dan sejumlah bisnis lainnya. Dalam sejumlah kesempatan,
Dahlan membagikan kiat dan pengalamannya dalam merintis bisnis dan
membangun usahanya kepada mahasiswa dan masyarakat luas. Berikut adalah
tips dari Dahlan Iskan untuk memulai dan mengembangkan usaha :
1. Harus Fokus
Menurut Dahlan, salah satu penyakit pengusaha pemula adalah ingin cepat-cepat mengembangkan usahanya agar menjadi besar lalu, mengerjakan banyak hal dan memiliki banyak cabang di mana-mana. Padahal, usaha yang baik adalah usaha yang bertumbuh dengan wajar. Kebanyakan para pengusaha yang sukses dan menjadi konglomerat fokus di satu bidang saja dalam 10 tahun pertama sebelum merambah ke bisnis lainnya.
2. Berani Kena Tipu (dan berani bangkit lagi)
Dahlan Iskan menyatakan pengusaha yang baik itu biasanya pernah ditipu orang. Pengalaman menjadi korban penipuan adalah pelajaran paling berharga dalam mengenali karakter orang, mana yang bisa dipercaya, sedikit dipercaya, hingga sama sekali tidak bisa dipercaya. Dahlan juga seringkali menegaskan lebih baik ditipu saat usaha masih kecil daripada terjadi saat usahanya sudah besar. Meskipun demikian Dahlan pernah menyebutkan penting bagi pengusaha untuk tidak mudah percaya kepada siapapun juga. Hal ini disampaikannya pada Dies Natalis Ke-34 Universitas Tidar Magelang (UTM). Dalam kesempatan itu, Dahlan mengadakan tanya jawab berhadiah kepada mahasiswa. Ada satu mahasiswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan tepat dan mendapat hadiah Rp 1 juta. Lucunya, mahasiswa yang bernama Eko itu langsung menghitung uang tersebut di atas panggung, seolah memastikan uang satu gepok yang diberikan Dahlan itu jumlahnya persis Rp 1 juta. Mengomentari sikap Eko, Dahlan melontarkan pujian, “"Inilah ciri pengusaha yang benar, dia tidak mudah percaya dengan siapapun juga."
3. Berani Gagal
Dahlan mengatakan ciri pengusaha adalah ketika gagal ia segera bangkit. Gagal lagi, dia bangkit lagi dan derajatnya naik. Kemudian bangkit lagi dan derajatnya naik lagi. Jatuh bangun merupakan dinamika yang pasti akan dihadapi seorang pengusaha. Menurut Dahlan untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses, dibutuhkan proses panjang yang harus dilalui. Pengusaha sukses itu pasti pernah gagal, namun lebih baik gagal di usia muda, ketimbang saat usianya tua. Di usia muda, menurut dia, kegagalan tidak begitu menyakitkan.
4. Berpikir Dahulu Sebelum Pinjam Modal
Dahlan tak mengharamkan seorang pengusaha untuk berutang. Namun wirausaha sebaiknya berpikir dahulu sebelum meminjam modal guna mengembangkan usaha. "Kalau usaha anda itu sudah akan berkembang, baru cari pinjaman. Kalau tidak ada indikasi akan berkembang, jangan pinjam," kata Dahlan . Ia pernah mencontohkan, jika sebuah usaha yang bergerak di bidang agen perjalanan menunjukan perkembangan yang baik karena tingginya permintaan konsumen namun di satu sisi terbentur modal, maka itulah waktunya usaha tersebut bisa mendapat pinjaman modal. "Kalau dalam 1 bulan dengan modal anda, anda bisa memberangkatkan 10 orang, dan ternyata banyak orang yang senang sehingga anda harus menolak orang lain karena tak ada modal, itu saatnya ada harus pinjam modal sehingga anda tidak perlu menolak orang-orang yang pernah anda tolak," paparnya.
5. Menyusun Struktur Karyawan
Dalam membangun perusahaan Dahlan membagi struktur dan jumlah karyawan berdasarkan nilai antara 1-9. Dia mengatakan, di dalam sebuah perusahaan, karyawan dengan nilai 9, cukup hanya 5 persen dari jumlah total karyawan keseluruhan. Sedangkan nilai 8 sebanyak 15 persen, nilai 7-7,5 sebanyak 60 persen, dan nilai 6 sebanyak 15 persen. Sisanya karyawan dengan nilai 5 harus tetap ada sebanyak 5 persen.
“Mengapa saya cenderung menetapkan nilai 9, hanya 5 persen, karena terlalu banyak orang pintar maka kecenderungan yang terjadi hanya rapat saja. Dan itu tidak bagus karena tidak ada yang bekerja,” kata Dahlan.
Dahlan menjelaskan orang dengan nilai 9 tugasnya yakni menyusun konsep, maka diperlukan orang dengan nilai 8 sebanyak 15 persen untuk menjabarkan konsep-konsep tersebut. Sedangkan yang menginterprestasi atau yang bekerja adalah orang yang nilainya 7 dengan jumlah sebanyak 60 persen dari total keseluruhan karyawan. Orang yang nilainya 6 berada di komposisi 15 persen, karena tugasnya sebagai helper, berupa sokongan. Sementara mereka yang memiliki nilai 5 diberikan tempat 5 % sebagai pelengkap yang juga penting untuk membangun perusahaan.
Lantas bagaimana jika sebuah perusahaan kebanjiran karyawan dengan nilai 9? Dahlan mengatakan, lebih baik memberikan beberapa karyawan pintar itu sebuah perusahaan baru, atau perusahaan yang sedang tidak sehat.
Demikian kiat dari Dahlan Iskan dalam merintis dan membangun usaha. Ia rajin berbagi pengalaman ke kampus dan di berbagai kesempatan untuk menularkan virus berwirausaha kepada sebanyak mungkin orang. Karena Dahlan meyakini, “Berwirausaha itu bukan keturunan, tapi dapat ditularkan,” ujarnya.
1. Harus Fokus
Menurut Dahlan, salah satu penyakit pengusaha pemula adalah ingin cepat-cepat mengembangkan usahanya agar menjadi besar lalu, mengerjakan banyak hal dan memiliki banyak cabang di mana-mana. Padahal, usaha yang baik adalah usaha yang bertumbuh dengan wajar. Kebanyakan para pengusaha yang sukses dan menjadi konglomerat fokus di satu bidang saja dalam 10 tahun pertama sebelum merambah ke bisnis lainnya.
2. Berani Kena Tipu (dan berani bangkit lagi)
Dahlan Iskan menyatakan pengusaha yang baik itu biasanya pernah ditipu orang. Pengalaman menjadi korban penipuan adalah pelajaran paling berharga dalam mengenali karakter orang, mana yang bisa dipercaya, sedikit dipercaya, hingga sama sekali tidak bisa dipercaya. Dahlan juga seringkali menegaskan lebih baik ditipu saat usaha masih kecil daripada terjadi saat usahanya sudah besar. Meskipun demikian Dahlan pernah menyebutkan penting bagi pengusaha untuk tidak mudah percaya kepada siapapun juga. Hal ini disampaikannya pada Dies Natalis Ke-34 Universitas Tidar Magelang (UTM). Dalam kesempatan itu, Dahlan mengadakan tanya jawab berhadiah kepada mahasiswa. Ada satu mahasiswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan tepat dan mendapat hadiah Rp 1 juta. Lucunya, mahasiswa yang bernama Eko itu langsung menghitung uang tersebut di atas panggung, seolah memastikan uang satu gepok yang diberikan Dahlan itu jumlahnya persis Rp 1 juta. Mengomentari sikap Eko, Dahlan melontarkan pujian, “"Inilah ciri pengusaha yang benar, dia tidak mudah percaya dengan siapapun juga."
3. Berani Gagal
Dahlan mengatakan ciri pengusaha adalah ketika gagal ia segera bangkit. Gagal lagi, dia bangkit lagi dan derajatnya naik. Kemudian bangkit lagi dan derajatnya naik lagi. Jatuh bangun merupakan dinamika yang pasti akan dihadapi seorang pengusaha. Menurut Dahlan untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses, dibutuhkan proses panjang yang harus dilalui. Pengusaha sukses itu pasti pernah gagal, namun lebih baik gagal di usia muda, ketimbang saat usianya tua. Di usia muda, menurut dia, kegagalan tidak begitu menyakitkan.
4. Berpikir Dahulu Sebelum Pinjam Modal
Dahlan tak mengharamkan seorang pengusaha untuk berutang. Namun wirausaha sebaiknya berpikir dahulu sebelum meminjam modal guna mengembangkan usaha. "Kalau usaha anda itu sudah akan berkembang, baru cari pinjaman. Kalau tidak ada indikasi akan berkembang, jangan pinjam," kata Dahlan . Ia pernah mencontohkan, jika sebuah usaha yang bergerak di bidang agen perjalanan menunjukan perkembangan yang baik karena tingginya permintaan konsumen namun di satu sisi terbentur modal, maka itulah waktunya usaha tersebut bisa mendapat pinjaman modal. "Kalau dalam 1 bulan dengan modal anda, anda bisa memberangkatkan 10 orang, dan ternyata banyak orang yang senang sehingga anda harus menolak orang lain karena tak ada modal, itu saatnya ada harus pinjam modal sehingga anda tidak perlu menolak orang-orang yang pernah anda tolak," paparnya.
5. Menyusun Struktur Karyawan
Dalam membangun perusahaan Dahlan membagi struktur dan jumlah karyawan berdasarkan nilai antara 1-9. Dia mengatakan, di dalam sebuah perusahaan, karyawan dengan nilai 9, cukup hanya 5 persen dari jumlah total karyawan keseluruhan. Sedangkan nilai 8 sebanyak 15 persen, nilai 7-7,5 sebanyak 60 persen, dan nilai 6 sebanyak 15 persen. Sisanya karyawan dengan nilai 5 harus tetap ada sebanyak 5 persen.
“Mengapa saya cenderung menetapkan nilai 9, hanya 5 persen, karena terlalu banyak orang pintar maka kecenderungan yang terjadi hanya rapat saja. Dan itu tidak bagus karena tidak ada yang bekerja,” kata Dahlan.
Dahlan menjelaskan orang dengan nilai 9 tugasnya yakni menyusun konsep, maka diperlukan orang dengan nilai 8 sebanyak 15 persen untuk menjabarkan konsep-konsep tersebut. Sedangkan yang menginterprestasi atau yang bekerja adalah orang yang nilainya 7 dengan jumlah sebanyak 60 persen dari total keseluruhan karyawan. Orang yang nilainya 6 berada di komposisi 15 persen, karena tugasnya sebagai helper, berupa sokongan. Sementara mereka yang memiliki nilai 5 diberikan tempat 5 % sebagai pelengkap yang juga penting untuk membangun perusahaan.
Lantas bagaimana jika sebuah perusahaan kebanjiran karyawan dengan nilai 9? Dahlan mengatakan, lebih baik memberikan beberapa karyawan pintar itu sebuah perusahaan baru, atau perusahaan yang sedang tidak sehat.
Demikian kiat dari Dahlan Iskan dalam merintis dan membangun usaha. Ia rajin berbagi pengalaman ke kampus dan di berbagai kesempatan untuk menularkan virus berwirausaha kepada sebanyak mungkin orang. Karena Dahlan meyakini, “Berwirausaha itu bukan keturunan, tapi dapat ditularkan,” ujarnya.