-->

PERILAKU ORGANISASI (2)

BAB II
Sejarah perkembangan dan pendekatan dalam perilaku organisasi

PENDAHULUAN
Manusia sudah mempelajari perilaku organisasi sudah berlangsung dari zaman dulu. Pada awal abad 20, manusia sudah mengembangkan ilmu – ilmunya tentang berperilaku organisasi. Sejarah perilaku organisasi menjelaskan tentang bagaimana perkembangan perilaku organisasi dari masa ke masa. Maka dari itu, perilaku organisasi sudah melalui banyak tahap dan perkembangan sesuai dengan kejadian nyata yang di ambil dari para individu yang berperilaku dalam organisasi. Para ahli mengungkapkan bahwa perkembangan pengetahuan tentang berperilaku organisasi akan meningkatkan keefektifitasan kinerja seseorang dalam suatu organisasi yang ia geluti.


A.   PERILAKU ORGANISASI INDUSTRI
1.Konsep tentang organisasi perlu diketahui dan dihayati agar kita memaklumi latar belakang adanya organisasi dan ikut mengembangkannya.
2.Konsep organisasi dibedakan ke dalam konsep klasik, neoklasik dan modern.
3.Konsep klasik terdiri atas konsep birokrasi, administrasi dan manajemen ilmiah.

B. PERILAKU ORGANISASI NEOKLASIK
1. Perilaku organisasi neoklasik mendekati organisasi sebagai kelompok orang dengan tujuan bersama.
2. Perilaku  organisasi neoklasik hasil “pembenahan” perilaku organisasi klasik dengan unsur manusiawi lebih ditonjolkan.
3.Pembenahan meliputi aspek pembagian kerja, proses skalar dan fungsional, struktur organisasi, rentang kendali, di samping itu dimunculkan konsep tentang organisasi informal. 

C. PERILAKU ORGANISASI MODERN
1. Perilaku  organisasi modern merupakan perilaku yang mendekati masalah sebagai suatu sistem keseluruhan, memperhatikan berbagai variabel dan memahami proses dinamis.
2. Perilaku modern membicarakan keterkaitan bagian dalam sistem dan hubungan sistem dengan lingkungannya.
3.Menurut perilaku modern, organisasi terdiri dari bagian yang tersusun dalam sistem di mana orang di dalamnya berinteraksi mencapai tujuan.
D. LANDASAN PERILAKU BAGI MANAJEMEN YANG STATIS
Laboratorium metode yang digunakan dalam analisis eksperimental perilaku didasarkan pada filosofi BF Skinner behaviorisme radikal, yang didasarkan pada:
  1. Everything that organisms do is behavior (including thinking), and Segala sesuatu yang organisme lakukan adalah perilaku (termasuk berpikir), dan
  2. All behavior is lawful, which allows itself to be experimentally studied. Semua perilaku halal, yang memungkinkan dirinya eksperimen dipelajari.

Pusat dari analisis perilaku adalah penggunaan Empat-Term Kontinjensi (Memotivasi Operasi, diskriminatif Stimulus, Response, Memperkuat rangsangan) untuk menggambarkan hubungan fungsional dalam kontrol perilaku.
  • Memotivasi operasi (MO) yang menentukan apakah atau tidak organisme perilaku yang akan terpengaruh oleh akibatnya. Negara yg tersebut termasuk membangun operasi, yang meningkatkan efektivitas konsekuensi berhubungan dengan mereka, dan menghapuskan operasi, yang mengurangi efektivitas mereka. Selain modulasi efektivitas konsekuensi, operasi ini memotivasi juga dapat memperoleh kendali diskriminatif atas organisme perilaku sebuah. [3] Sebagai contoh, suatu organisme yang dalam keadaan kelaparan (menetapkan makanan sebagai penguat efektif) lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku yang sebelumnya telah mengakibatkan diberi makan, sedangkan organisme dalam keadaan kenyang (menghapuskan efektivitas makanan sebagai penguat a) kurang cenderung terlibat dalam perilaku seperti itu.
  • Diskriminatif stimulus (S d) yang merupakan pengaturan atau isyarat, atau dapat dikatakan menjadi kesempatan untuk ditanggapi.
  • . Perilaku adalah respon (R), biasanya dikendalikan oleh konsekuensi masa lalu, yang juga dikontrol oleh kehadiran stimulus diskriminatif. Beroperasi pada lingkungan, seperti dalam berpengaruh.
  • Konsekuensi bisa terdiri dari memperkuat stimuli (S mengekang) atau menghukum stimuli (S ave) yang mengikuti dan memodifikasi respon operan. Memperkuat rangsangan sering diklasifikasikan sebagai positif (r S +) atau negatif penguat (S r-).jadwal penguatan lebih kompleks juga dapat digunakan.
E. PENDEKATAN SOCIAL LEARNING
Teori Belajar Sosial berusaha menjelaskan tingkahlaku manusia dari segi interaksi timbal-balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkahlaku, dan faktor lingkungan. Dalam proses determinisme timbal-balik itulah terletak kesempatan bagi manusia untuk mempengaruhi nasibnya maupun batas-batas kemampuannya untuk memimpin diri sendiri (self-direction). Konsepsi tentang cara manusia berfungsi semacam ini tidak menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak berdaya yang dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai pelaku-pelaku bebas yang dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia dan lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling menentukan secara timbal balik (Bandura, 1977):
F. PENDEKATAN BEHAVIORISTIC (I.P. PAVLOV DAN J.B. WATSON)
Pendekatan ini adalah pendekatan yang berdasarkan pada respon seseorang  yang muncul apabila diberi stimulus atau rangsangan tertentu.
G. PENDEKATAN MODIFIKASI PERILAKU
Pendekatan Sistem
Sistem dapat diartikan sebagai gabungan sub-sub sistem yang saling berkaitan. Organisasi sebagai suatu sistem akan di pandang secara keseluruhan, terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan (sub-sistem), dan sistem/organisasi tersebut akan berinteraksi dengan lingkungan. Pandangan yang menyeluruh semacam itu akan lebih bermanfaat dibanding dengan pandangan terisolasi.
Pendekatan Kontingensi
Pendekatan kontingensi muncul sebagai tanggapan atas ketidakpuasan terhadap anggapan universalitas, dan kebutuhan untuk memasukkan berbagai variable lingkungan ke dalam lingkungan dan praktek manajemen.

PENUTUP
Pada tingkat individu, jika pegawai merasa bahwa organisasi memenuhi kebutuhan dan karakteristik individualnya, ia akan cenderung berperilaku positif. Tetapi sebaliknya, jika pegawai tidak merasa diperlakukan dengan adil, maka mereka cenderung untuk tidak tertarik melakukan hal yang terbaik. Disini dibutuhkan pendekatan - pendekatan yang dapat memodifikasi perilaku yang tidak baik menjadi baik. Apabila pendekatan tersebut berhasil, bisa dilihat dari kinerja seseorang, kualitas pekerjaan, tingkat kehladiran dan tingkat keluar masuknya seseorang dalam organisasi. Diharapkan sesama orang dalam organisasi bisa memotivasi yang lainnya agar tujuan yang ingin dicapai bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan kemampuan yang ada. Apabila ada kekurangan atau masalah segeralah berunding dengan sesama dan evaluasi apa saja yang telah dlakukan agar ke depannya bisa menjadi lebih baik.

SUMBER REFERENSI :








NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
NEXT ARTICLE Next Post
PREVIOUS ARTICLE Previous Post
 

Delivered by FeedBurner

-->